Jumat, 13 Mei 2011

Sejarah Palestina pra Islam

Sejarah Palestina pra Islam

Sejarah Konflik antara Kebenaran dan Kebohongan di Bumi Palestina

Pendahuluan :

Palestina telah ditakdirkan oleh Allah SAW untuk menjadi tempat para Nabi dan Rasul yang membawa bendera monoteisme dan mengajak masyarakatnya untuk patuh kepada ajaran tersebut.
Dalam sejarah kunonya, Palestina telah menyaksikan berbagai model kepemimpinan dan kekuasaan oleh para Nabi dan penguasa lainnya. Mereka harus menghadapi banyak peperangan sengit untuk menegakkan bendera kebenaran di atas tanah yang berkah ini.
Sebelum menyelam lebih jauh secara mendetil, kita wajib menandaskan fakta
yang signifikan bahwa umat Islam meyakini semua Nabi dan menganggap bahwa
seluruh warisan mereka juga merupakan milik umat ini. Sebagaimana mereka juga
meyakini bahwa ajaran Islam adalah ekstensi atau perpanjangan dari ajaran-ajaran
para Nabi terdahulu sebelum datangnya Islam. Ajaran para nabi secara keseluruhan
adalah ajaran yang juga diserukan oleh Muhammad SAW. Selanjutnya khazanah
pengalaman yang dilalui oleh seluruh nabi dalam dakwah untuk menegakkan
kebenaran dan ibadah kepada Allah SWT tidaklah terpisah atau berbeda dari dakwah
dan pengalaman-pengalaman umat Islam. Lihat ayat di bawah ini dari surat XVI :36
:
Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan); “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Taghut) itu”, maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang
yang telah pasti kesesatan baginya). Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
(An Nahl : 36)
Ini merupakan ajaran ke-Esaan yang diemban oleh setiap rasul. Ketika
masyarakat tertentu menolak rasul mereka, ini berarti mereka telah menolak seluruh
nabi. Renungkan apa yang Allah firmankan di dalam Al Qur’an : (S.XXVI : 105)
Artinya :
“Kamu Nuh telah mendustakan para rasul.” (Asy Syu’ara : 105). Allah berfirman : (S.XXVI : 123)
Artinya :
Kaum Aad telah mendustakan para rasul.
(Asy Syuara : 123)
Firman Allah : (S.XXVI :141)
Artinya : Kaum Samud telah mendustakan rasul-rasul. (Asy Syuara : 141)

Firman Allah : (S.XXVI : 160),
Artinya : “Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul.” (Asy Syu’ara : 160)
Firman Allah : (S.XXVI : 176)
Artinya : “Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul.”

Dalam menghadapi klaim-klaim Yahudi kontemporer akan hak mereka di Palestina, banyak para sejarawan hanya terpaku sibuk dengan ilmu-ilmu arkeologi dan menyebutkan berbagai bangsa yang mendiami wilayah ini, memerintah, melewati dan berapa masa kekuasan masing-masing dari mereka di sana yang pada akhirnya hanya sampai pada kesimpulan bahwa masa di mana Yahudi berkuasa di sana sepanjang sejarah sangat singkat sekali dan terbatas pada wilayah-wilayah tertentu saja dibandingkan dengan bangsa Arab dan muslim.
Namun aspek ini sangatlah substansial untuk membantah klaim-klaim Yahudi
dari aspek-aspek historis dan rasionalitas yang logis. Namun banyak para penulis
dan ahli sejarah yang kelihatannya telah melakukan dua kesalahan besar di bawah
ini :
1. Menisbahkan warisan para nabi yang telah diutus oleh Allah SWT
kepada Bani Yahudi atau memimpin mereka sebagai suatau warisan yang
khusus diberikan kepada mereka. Dan ini adalah hal yang benar-benar diinginkan oleh mereka!!
2. Menjelekkan biografi beberapa para nabi yang diutus kepada Bani
Israel dengan menggunakan argumentasi yang berdasarkan kepada kitab
Taurat yang diselewengkan. Ketika mereka menggunakan rasionalisasi ini,
mereka bermaksud untuk menunjukkan “prilaku yang memalukan” keturunan
Israel dan pemimpin mereka ketika menduduki Palestina. Ini dengan tujuan
mendegradasikan makna negara dan untuk menjelaskan kemerosotan tingkat
peradabadan mereka. Para pengikut mazhab ini menggunakan argumentasi
yang berdasarkan pada Israiliyyaat yang menuduh para nabi melakukan
tipudaya, kebohongan, perzinaan dan pemerkosaan hak-hak serta
pembunuhan orang-orang yang tak berdosa dalam upaya untuk membuktikan
kekejaman, makar, kehinaan bangsa Yahudi dan untuk mendistorsi imej
kekuasaan dan pemerintahan mereka pada waktu itu.
Al Qur’an telah cukup melengkapi kita dengan berbagai cara untuk
mengidentifikasi tindak tanduk bangsa Yahudi dan mengingatkan kita akan
kerusakan (debauchery) dan immoralitas mereka. Para nabi dan para pengikut
mereka yang lurus adalah persoalan lain. Nabi-nabi adalah manusia terbaik. Mereka
hendaknya untuk tidak didiskreditkan. Kita tidak boleh terpikat pada cerita-cerita
Bani Israel yang tidak saja mejelekkan para nabi bahkan mereka juga menjelekkan
Tuhan.
Sebagai contoh, Kitab Taurat dan Talmud yang telah dirubah (diselewengkan) mengatakan bahwa Tuhan (Yang Maha Tinggi, Mulia dan Agung) bermain dengan ikan paus dan ikan yang lain selama tiga jam tiap hari. Mereka juga mengatakan bahwa Dia menangis oleh karena pembumihangusan al haikal (rumah ibadah mereka seperti layaknya Sinagog) yang berakibat susutnya ukuran fisik-Nya dari tujuh surga menjadi empat. Gempa bumi dan angin ribut terjadi adalah sebagai akibat dari air mata Tuhan yang jatuh ke laut atas hancurnya al haikal tersebut. Klaim-klaim mereka ini disebutkan oleh Al Qur’an sebagai berikut : (5 :64)
Artinya : “Orang-orang Yahudi berkata : “Tangan Allah terbelenggu”, (Al
Maidah : 64)
Firman Allah :(S.III : 181)
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang
mengatakan : Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya.” (Ali Imran : 181)
Sebagaimana Yahudi juga menisbatkan (mengilustrasikan) nabi Yakub kepada
pencurian boneka yang terbuat dari emas dan ia juga yang berkelahi dengan Tuhan
(!!) di dekat kota Nablus, maka dari itu ia dinamakan Israel. Selain itu ia juga
dikatakan telah menawarkan suap kepada saudaranya, memperdayakan orang
tuanya dan hanya berdiam diri terhadap tuduhan perzinaan kepada dua anak
perempuannya. Ia telah berbuat syirik kepada Allah. Hal ini bisa dianalogikan dengan
apa yang akan mereka perbuat dan katakan tentang nabi-nabi lainnya.
Yahudi telah jauh melenceng dari ajaran Taurat atau Perjanjian Lama. Mereka
menapaki jalan Taurat yang sudah jauh keluar dari relnya sebagaimana terlihat
dalam perilaku keseharian mereka, kesenangan melanggar kewajiban dan
melakukan immoralitas dengan sikap terus bersikukuh akan apa yang mereka
nisbatkan kepada nabi-nabi mereka. Dan ini tidak lain hanyalah bentuk kebohongan
dan pemalsuan belaka. Para sejarawan, khususnya dari kalangan Islam, dalam
mengkaji sejarah Palestina hendaknya tidak tergesa-gesa menuduh para nabi Allah
dan rasul-Nya dengan apa yang difabrikasi (dibuat-buat) oleh Yahudi yang ini semua
mereka lakukan hanya untuk membuktikan hak bangsa-bangsa lain atas bumi
Palestina.
Kalau memang ikatan akidah dan iman adalah dasar yang menyatukan umat Islam walau perbedaan bangsa dan warna, maka umat ini merupakan orang yang paling berhak dengan warisan para nabi termasuk di dalamnya para nabi Bani Israel. Karena umat ini yang masih tetap konsisten menjunjung tinggi bendera monoteisme yang dibawa oleh para nabi. Mareka adalah orang yang tetap menapaki jalan dan ajaran para nabi. Dan menurut pemahaman Al Qur’an para nabi adalah orang-orang yang berserah diri (muslimun) dan bersatu.
Lihat firman Allah SWT :
Artinya : “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” “Sesungguhnya
orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan
nabi ini (muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan
Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (Ali Imran : 67-68)
Firman Allah :
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-
dasar Baitullah bersama ismail (seraya berdo’a) : “Ya Tuhan kami terimalah daripada
kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Al Baqarah : 127)
Firman Allah :
Artinya : “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.” (Al Baqarah : 130)
Secara umum umat yang menganut ketauhidan adalah umat yang satu, sejak dari nabi Adam A.S sampai masa Allah akan mewarisi bumi dan orang-orang yang berada di atasnya. Para nabi, rasul Allah dan pengikut-pengikut mereka adalah bagian dari umat tauhid. Dakwah Islam adalah perpanjangan dakwah mereka. Dan umat Islam adalah orang-orang yang paling berhak dengan nabi-nabi, rasul-rasul dan yang mewarisi mereka.
Khazanah tradisi para nabi merupakan khazanah kita, eksperimen mereka juga merupakan eksperimen muslim. Sejarah mereka adalah sejarah kita. Dan syariah yang diberikan Allah kepada para nabi dan pengikut mereka dalam memerintah wilayah yang berkah dan suci ini merupakan indikasi atas syariah, hak kita atas wilayah dan pemerintahannya.
Benar bahwa Allah telah memberikan tanah ini kepada Bani Israel di saat mereka berjalan dan mengikuti jalan Allah, di saat mereka menjadi representasi umat tauhid pada zaman yang lampau. Bukan kita malu untuk mengatakan fakta ini, kalau tidak demikian berarti kita telah mengingkari penjelasan Al Qur’an. Dari itu Musa berkata kepada kaumnya :

Artinya : “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah
ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (Al Maidah : 21)
Kendati syariat ini terikat erat dengan seberapa jauh komitmen mereka kepada tauhid dan manhaj Allah. Maka ketika mereka ingkar kepada-Nya, berbuat dosa kepada rasul, membunuh para nabi, merusak seluruh janji-janji dan piagampiagam mereka. Mereka menolak untuk mengikuti risalah Islam yang telah dikabarkan oleh para nabi kaum ini.
Sebagaimana tercantum di dalam Al Qur’an :
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,”
(Al A’raf : 157)
Artinya : “…dan memberi kabar gembiri dengan (datangnya) seorang Rasul
yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (Al Saff : 6)
Maka ketika mereka lakukan hal itu, mereka terkena laknat dan murka Allah
SWT.
Artinya : “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (Al Maidah : 113)
Allah berfirman :
Artinya : “Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?” (Al Maidah : 59)
Maka dari itu legitimasi atas pemerintahan tanah suci ini harus diberikan kepada umat yang tetap berjalan di atas jalan para nabi dan menjunjung tinggi bendera ajaran mereka yaitu umat Islam. Persoalan yang ada di dalam pemahaman kita bukan berhubungan dengan bangsa, keturunan dan kaum, namun lebih kepada loyalitas untuk mengikuti jalan dan manhaj ini.
Untuk melanjutkan diskusi sekitar klaim-klaim Yahudi akan hak mereka atas Palestina sesuai dengan nash-nash Taurat, kita coba melihat apa yang mereka sebutkan di dalam Taurat yang telah diselewengkan dengan keyakinan bahwa tanah tersebut telah diberikan kepada Ibrahim A.S. dan keturunannya.
Di antaranya sebagai berikut :
Artinya :
“Dan Tuhan berkata kepada Ibrahim : Pergilah dari tanahmu (wilayahmu), keluargamu, rumah orang tuamu ke tanah yang telah saya perlihatkan….maka pergilah ia sebagaimana telah Tuhan katakan…Maka mereka datang ke tanah Kan’aan…dan Tuhan dapat dilihat oleh Ibrahim dan berkata : Untuk keturunanmu aku berikan tanah ini”.
Dan di dalam Taurat berbunyi :
Artinya :
“(Ibrahim) mendiami tanah Kan’aan maka Tuhan berkata kepadanya :
“Angkatlah kedua matamu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri ke arah Utara, Selatan, Timur dan Barat, karena seluruh tanah yang engkau saksikan itu telah aku berikan kepadamu dan untuk keturunanmu selama-lamanya”.

Ada lagi yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya :
Tuhan dan Ibrahim menyepakati piagam yang berbunyi : Untuk keturunanmu aku berikan tanah ini yang membentang dari sungai Mesir hingga sungai Besar, sungai Eufrat”.
Untuk menjawab hal di atas -di luar pemahaman kita tentang persoalan ini dari dasarnya yang syar’i—kita katakan :
1- Kalau memang di sana ada perjanjian yang memberikan Ibrahim A.S
dan keturunannya, maka keturunan beliau bukan hanya Bani Israel sendiri.
Bangsa Arab al musta’ribah adalah keturunannya juga (anak-anak Ismail A.S) dan di antara mereka adalah Nabi Muhammad SAW.
2- Kalau memang persoalannya berkaitan erat dengan keturunan dan
proses beranak pianak (tanaasul) maka indikasi-indikasi yang ada mensinyalir
bahwa mayoritas bangsa Yahudi yang ada pada zaman kita dewasa ini
bukanlah dari keturunan Ibrahim A.S. Hal itu dikarenakan kebanyakan Yahudi
kontemporer adalah Yahudi yang berasal dari Al Khazar (daerah laut Kaspia)
yang masuk ke dalam agama ini pada abad kesembilan dan sepuluh Masehi!!
3- Sesungguhnya Al Qur’an al Karim menjelaskan persoalan
kepemimpinan nabi Iabrahim dan keturunannya dalam forma yang tidak
membingungkan. Renungkanlah firman Allah SWT di bawah ini :
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman : “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata : “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku Allah berfirman : “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.” (Al Baqarah : 124)

Maka ketika nabi Ibrahim meminta kepada Allah agar supaya
kepemimpinan (al imaamah) juga dapat dipegang oleh keturunannya, lalu Allah
menjelaskan kepadanya bahwa janji al imaamah kepada keturunannya tidak
dapat diberikan kepada orang-orang yang dhalim. Artinya kedhaliman, kekafiran,
upaya menghalangi menuju jalan Allah dan melakukan kerusakan di muka bumi
adalah persoalan yang paling terbesar yang dilakukan oleh Bani Israel?!!
Adapun sesuatu yang berhubungan dengan klaim-klaim historis Yahudi,
kita telah cukup banyak para ahli sejarah yang dapat menjawab dan mengkonter
alegasi tersebut. Maka masa kekuasaan Islam di bumi Palestina merupakan masa
yang paling terpanjang dalam sejarah. Dan bangsa-bangsa yang mendiaminya
wilayah tersebut jauh sebelum kedatangan Yahudi tetap masih eksis di sana
hingga sekarang. Imigrasi-imigrasi (hijrah-hijrah) bangsa Arab pra atau paska
kemenangan Islam (al fath al Islami) adalah komponen-komponen yang
membentuk bangsa Palestina dewasa ini dengan agama Islam, bahasa dan karakteristik Arab mereka.

Palestina Pada Zaman Kuno :

Manusia mendiami bumi Palestina sejak periode klasik dahulu kala. Di sana terdapat banyak peninggalan-peninggalan arkeologis yang dikategorikan kepada zaman Batu Klasik (Ancient Stone Age) (500 ribu -14 ribu S.M) dan zaman Batu Pertengahan (the middle Stone Age) (14 ribu - 8 ribu S.M). Secara singkat dapat dikatakan bahwa pada zaman itu di Palestina telah terdapat peradaban An Nathufiyyah yang dinisbatkan kepada gua-gua Al Natoof di sebelah utara Al Quds (Jerussalem sekarang). Bangsa An Natoof belum diketahui hingga sekarang. Peradaban mereka terkonsentrasi di wilayah pesisir, mereka hidup di dalam gua-gua seperti yang terdapat di gunung Al Karmel.
Pada zaman Batu Modern (8000 - 4500 S.M) kehidupan manusia di
Palestina berubah menjadi lebih stabil, dari hanya mengumpulkan makanan
berubah menjadi memproduksinya. Dan Jericho (Ariihaa) jelas memperlihatkan
bukti-bukti pertama yang mengindikasikan akan adanya kehidupan yang stabil.

Kota ini dianggap—hingga kini—sebagai kota yang paling tertua di dunia yang dibangun kira-kira pada tahun 8000 S.M.
Zaman Batu Perunggu (Brass Stone Age) membentang dari (4500 - 3300
S.M), telah ditemukan beberapa tempat peninggalan yang berperadaban yang kembali kepada zaman tersebut di wilayah Beer Sheba antara pegunungan Hebron (al kholil) dan Laut Mati serta pesisir Al Khudiera.
Permulaan Seribu Ketiga sebelum Maeshi, zaman ini punya kelebihan yang lain dengan muncul kekaisaran-kekaisaran kuno di timur, bersamaan dengan ini adanya keberhasilan prestasi tulis menulis dan dimulainya penulisan sejarah. Dan dari sini dimulainya zaman-zaman bersejarah di Palestina.
Periode yang membentang dari (3200 - 2000 S.M) dinamakan dengan Zaman Perunggu Kuno. Periode ini ditandai dengan munculnya banyak kota Berbenteng dan defensif yang dibangun di wilayah bukit yang tinggi. Mayoritasnya terletak di tengah dan Utara Palestina. Di antara tempat-tempat itu yang terpenting adalah Bashan, Mejideo, Al Afoula, Ras Al nakoura dan Tal Al Farei’a di sebelah utara Nablus. Dan pada tahun Seribu ketiga sebelum masehi penduduk Palestina terus bertambah dan perkotaannya juga berkembang sehingga ia memiliki kekuatan politis dan ekonomis yang mungkin dapat disebut dengan zaman “negara-kecil kota” (small-state of towns).
Pada tahun seribu ketiga sebelum Masehi, bangsa Ammonit, Kan’aan,
Yabous dan Phoenisi (kedua terakhir ini dianggap sebagai sub-bangsa Kan’aan)
berimigrasi ke tanah Palestina. Imigrasi mereka ini diperkirakan terjadi kira-kira
pada tahun 2500 S.M. di mana bangsa Kan’aan menduduki wilayah pesisir,
bangsa Ammonites terkonsentrasi di daerah dataran tinggi dan pegunungan,
bangsa Yabousi mendiami wilayah Jerussalam (Al Quds) dan sekitarnya dan
mereka yang membangun kota Al Quds. Mereka menamakan kota itu dengan
“Yabous” kemudian “Ursaalem”. Adapun bangsa Phoenis, mereka mendiami
daerah pesisir utara Palestina tepatnya di daerah Lebanon sekarang ini.
Para ahli sejarah yang dapat dipercaya memandang bahwa Ammonit, Kan’aan, Yabousi dan Phoenisi keluar mengembara dari jazirah Arab. Dan penduduk Palestina yang berwarna hitam sekarang ini—secara khusus orangorang pedesaan—diperkirakan merupakan keturunan kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa kuno tersebut atau dari bangsa Arab dam umat Islam yang menduduki wilayah ini paska kemenangan Islam.
Imigrasi bangsa Kan’aan pada waktu itu sangatlah besar jumlahnya hampir dapat dikatakan bahwa mereka akhirnya menjadi masyarakat asli di sana. Nama “tanah Kan’aan” (the land of Canaan) merupakan nama tertua yang bagi wilayah yang disebut Palestina dewasa ini. Mereka yang membangun sebagian besar kota-kota di Palestina, dan jumlahnya—sesuai dengan batasbatas wilayah Palestina dewasa ini—tidak kurang dari dua ratus kota pada tahun seribu kedua sebelum Masehi dan sebelum ratusan tahun kedatangan orangorang Ibrani Yahudi. Di antara kota-kota tua selain Jericho dan Al Quds, kota Shechem (Balatah, Nablus) Bashan, Ashkelon, Akka, haifa, Hebron, Ashdod, A’aqur, Beer Sheba dan Bethlehem.
Kemudian datang periode Perunggu Pertengahan (1550 - 1200 S.M)
pertengahan pertama dari tahun seribu kedua sebelum Masehi periode ini
menyaksikan pemerintahan Hyksos, yang memerintah Palestina lebih kurang
delapan belasan hingga enam belasan abad sebelum Masehi (18-16 S.M).
Kelihatannya pada periode itu (kira-kira 1900 S.M) nabi Ibrahim A.S datang bersama dengan adiknya Luth A.S ke daerah Palestina. Di sana nabi Ismail, Ishak dan Yakub A.S dilahirkan.
Zaman Perunggu Terakhir (1550-1200 S.M) dimulai dengan keruntuhan
kekuasaan Hyksos dan Palestina tunduk di bawah kekuasaan Mesir secara


mutlak. Adapun zaman Besi (1200-330 S.M) dara permulaan (kira-kira 1200
S.M) kelihatannya Palestina menerima eksodus berbagai kelompok yang besar
dari berbagai wilayah yang paling menonjol adalah imigrasinya “bangsa-bangsa
pelaut”. Kelihatannya mereka datang dari wilayah Asia Barat dan dari pulau-
pulau di laut Aegean (Crete dan lainnya). Pada mulanya bangsa-bangsa ini
menyerang wilayah pesisir Syam dan Mesir, tapi Ramses III, Firaun Mesir dapat
mengusir mereka dari wilayah ini di dalam pertempuran Blouziun (dekat
pelabuhan Bur Said). Mereka diizinkan untuk mendiami bagian selatan wilayah
Palestina. Dari inskripsi arkeolog dapat menemukan ukiran-ukiran dengan huruf-
huruf “PLST”, dan menurut tulisan ini bahwa mereka adalah orang-orang yang
disebut dengan “Palestian”. Kemudian ditambahkan huruf “N” kepada nama
mereka (mungkin dianggap sebagai bentuk jamaknya) dan mereka disebut
dengan Palestin. Bangsa Palestin ini telah membangun lima kerajaan yatiu kota-
kota Ghaza, Ashdod, Jet, Aqroun dan Ashkelon. Kota-kota ini mungkin milik
bangsa Kan’aan kuno namun mereeka telah meluaskan dan mengaturnya
kemudian mendirikan dua kota baru yaitu Lod dan Saklash. Mereka dapat
menguasai daerah pesisir yang tersisa hingga gunung Al Karmel. Sebagaimana
mereka juga menguasai Marj bin Amir. Bangsa Palestin berbaur dengan bangsa
Kan’aan secara cepat dan menggunakan bahasa mereka dan menyembah Tuhan-
Tuhan mereka (Dajoun, B’al dan Ashtar). Kendati bangsa Palestin telah
berasimilasi dengan penduduk setempat namun mereka telah memberikan
wilayah ini dengan nama mereka sehingga terabadi namanya menjadi Palestina.
Dari bukti-bukti komparatif historis kelihatannya bahwa Musa A.S
memimpin Bani Israel ke arah tanah yang suci ini pada pertengahan terakhir dari
abad ke 13 S.M atau masa akhir zaman Perunggu Terakhir di mana permulaan
zaman Besi merupakan zaman masuknya bangsa Yahudi ke Palestina. Kemudian
berdirinya kerajaan nabi Daud dan Sulaiman A.S pada tahun 1004-923 S.M yang
terbagi menjadi keeerajaan Israel (tahun 923-722 S.M) dan kerajaan Yahuda
(pada tahun 923-586 S.M) yang masing-masing menguasai sebagian kecil dari
wilayah tanah Palestina. Dan sejak tahun 730 S.M, Palestina secara umum
tunduk di bawah kekuasaan Assyrian yang datang dari wilayah Iraq hingga
tahun 645 S.M kemudian kekuasaan ini diwarisi oleh orang Babilonia samapi
tahun 539 S.M. Bangsa Assyria dan Babilonia bergantian kekuasaan atas wilayah
Palestina dengan Mesir. Kemudian sesungguhnya Parsi menyerang palestina dan
memerintah di sana dari tahun 539-332 S.M. Palestina kemudian memasuki
zaman Helenisia Yunani yang dikuasai oleh Ptolemaik hinggal tahun 198 S.M dan
diikuti oleh Seleusias hingga tahun 64 S.M, periode di mana Romawi datang dan
mendominasi wilayah Palestina. Setelah pecahnya kekaisaran Romawi, Palestina
tetap berada di bawah naungan kekuasaan kekaisaran Romawi Timur
“Kekaisaran Romawi” di mana Konstantinopel menjadi ibukotanya hingga
datangnya Al Fath al Islami (kemenangan Islam). Setelah itu Islam yang
memberinya nuasa Arab dan yang Islami pada tahun 636 Masehi.

Seruan Kebenaran dan Perjalanan Para Nabi di Bumi Suci :
Nabi Ibrahim A.S merupakan nabi pertama yang kita ketahui bahwa
mereka yang hidup di Palestina dan meninggal di sana. Ibrahim A.S adalah bapak
para nabi dan di antara keturunannya yang menjadi nabi seperti Ishak, Yakkub,
Yusuf, Ismail dan Muhammad (bagi mereka sebaik-baik selawat dan salam).
Nabi Ibrahim A.S -menurut apa yang terdapat pada studi arkeologi—
dilahirkan di “Uur” di wilayah Iraq. Hidup di sana untuk waktu yang lama di mana
ia menghancurkan patung-patung dan mengajak kaumnya kepada tauhid. Ia
menghadapi Raja Namrud dengan bukti-bukti. Mereka berupaya untuk
membakarnya sebagai siksaan baginya atau apa yang dikerjakan Ibrahim yang menghancurkan patung. Maka api yang dipergunakan untuk membakarnya dijadikan Allah dingin dan cara buat keselamatannya. Nabi Ibrahim berhijrah di jalan Allah bersama dengan kemenakannya Luth dan berkata :
Artinya : “Dan Ibrahim berkata : “Sesungguhnya aku pergia menghadap
kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Al Saffat : 99)
Kelihatannya bahwa Ibrahim pada awalnya berhijrah dan orang yang bersamanya ke wilayah Hurran (Al Raha) daerah yang berlokasi di wilayah selatan Turki dan utara Syria dewasa ini. Dari sana ia berhijrah ke tanah Kan’aan “Palestina”, Allah berfirman :
Artinya : “Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalain manusia.” (Al Anbiyaa : 71)
Menurut estimasi para ahli sejarah bahwa sesungguhnya kedatangannya
di Palestina kira-kira pada tahun 1900 S.M. Sejarah ini menurut sejarah kuno
Irak merupakan zaman “Uur ketiga” di mana Iraq diperintah oleh Samaritan. Ini
juga merupakan permulaan zaman Babilonia kuno di mana unsur-unsur Semit
yang datang dari jazirah Arab “Ammonites” mendominasi di sana.
Nabi Ibrahim A.S mendiami Shecehm dekat Nablus. Dari sana ia berpindah ke
arah Ramallah dan Qud melewat Al Khalil kemudian dengan Beer Sheba di mana ia
tinggal di sekitar sana untuk beberapa waktu. Kemudian pergi ke Mesir yang
mungkin bertepatan dengan zaman keluarga ke sebelas atau dua belas dari Firaun
Mesir. Ia kembali dari Mesir ditemani oleh Hajar yang merupakan hadiah dari
pemimpin di sana untuknya. Disebutkan di dalam riwayat bahwa ia merupakan anak
Firaun atau salah satu princess di sana. Kemudian ia kembali ke Palestina dan
melalui bagian sebelah Ghaza di mana ia bertemu dengan Abu Malek, pangeran
Ghaza. Ia berjalan-jalan antara Beer Sheba dan Hebron, lalu naik ke Al Quds.
Adapun Luth A.S berpindah ke Selatan Laut Mati di mana ia diutus menjadi Rasul
untuk penduduk wilayah tersebut. Sementara Ibrahim tetap tinggal di daerah
pegunungan Al Quds dan Hebron. Nabi Ibrahim (alaihissalam) mendapatkan anak
yang lahir dari isterinya Hajar. Kemudian setelah tiga belas tahun ia diberi anak lagi
yang bernama Ishak dari isterinya Sarah. Kelihatannya Ibrahim diberi anak-anak
ketika di dalam usia yang sangat lanjut. Hal itu dapat kita ketahui dari firman Allah
dari lisan Sarah :
Artinya : “Isterinya berkata : “Seungguhn mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?.” (Hud : 72)
Kelihatannnya nabi Ibrahim A.S datang dan pergi ke Hijaz lebih dari sekali. Maka ia mendatangkan Ismail dan ibunya Hajar ke kota Mekkah dan kisah upaya (sa’i) Hajar antara bukit Shofa dan Marwah dan memancarnya air zamzam yang terkenal itu. Sesungguhnya Ibrahim kembali dan dengan ditemani oleh Ismail ia membangun Ka’bah sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasardasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo’a) : “ Ya tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah : 127)
Namun pusat kediaman Ibrahim tetap di Palestina dan di sana beliau meninggal dunia dan dimakamkan di gua Al Makfeelah di dekat kota Hebron, kota yang dinamakan dengan namanya. Disebutkan bahwa beliau meninggal dalam usia 175 tahun.
Nabi Ibrahim A.S pernah mengalami pemerintah penguasa Jerussalam
“Malaki Shadeq” yang kelihatannya merupakan pengikut ajaran tauhid dan
sahabatnya. Pada waktu itu orang-orang yang beriman kepada Allah sangatlah sedikit dan jarang sekali. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa nabi Ibrahim berkata kepada isterinya Sarah ketika mendatangi salah satu orang yang terkuat ketika itu : “Tidak ada orang yang beriman di muka bumi ini kecuali aku dan kamu”. Ini jelas terjadi ketika mereka berangkan ke Mesir yang dapat disimpulkan dari ayat di bawah ini :
Artinya : “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif.” (An Nahl : 120)
Yang penting sesungguhnya bapak para nabi Ibrahim al Khalil adalah
seorang rasul yang tergolong dalam kelompok ulul ‘azmi (yang memiliki kemauan
tinggi). Ia punya peranan dakwah dalam menyebarkan risalah ketauhidan di
Palestina di mana ia mendirikan masjid-masjid dan membangun mihrab-mihrab
untuk menyembah Allah di seetiap tempat ia pergi. Yang jelas bahwa ia tidak
punya masalah atau halangan dari penduduk Palestina dan ia juga tidak dipaksa
untuk meninggalkan wilayah tersebut karena agama dan dakwahnya. Namun ia
tetap tinggal di sana berpindah dengan bebas sehingga Allah memanggilnya.
Adapun nabi Luth A.S, ia tinggal di selatan laut mati di mana beliau diutus kepada desa “sodom” dan mereka yang melakukan kekejian dengan jenis laki “sodomi”. Ia telah berupaya keras untuk melarang, namun mereka menentang dan sombong. Maka akhirnya Allah balas mereka dengan membalikkan desa mereka dan menghujamkannya ke bawah dan mereka dihujani dengan batu dari tanah liat dari neraka yang sangat panas :
Artinya : “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya : “Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia
ini) sebelumnya? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum
yang melampaui. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan : “Usirlah mereka
(luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini : Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia
dan pengikut-pengikutinya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” (An A’raf :
80-84)

Firman Allah :
Artinya : “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kamu Luth
itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu
dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu,
dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (Hud : 82-83)
Al Quran menegaskan bahwa Ibrahim A.S mengalami kehidupan Luth dan kehancuran kaumnya. Para malaikat datang kepadanya dan memberinya berita gembira dengan Ishak dan menginformasikan kepadanya bahwa mereka dikirim untuk menghancurkan kaum Luth. Lalu ia berkata :
Artinya : “Berkata Ibrahim : “Sesungguhnya di kota itu ada Luth.” Para
malaikat berkata : “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami
sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali
isterinya. Dai adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (Al
Ankabut : 32)
Dan beginilah Allah memberikan pertolongan kepada hamba-Nya, Luth dan mensucikan tanahnya yang berkah :
Artinya : “Kota yang mengerjakan perbuatan keji.” (Al Anbiyaa : 74)
Dan nabi Ibrahim A.S mendapat berita gembira dengan Ishak agar orang setelahnya dapat membawa bendera tauhid dan menyebarkannya di atas tanah ini dan supaya penyebaran cahaya Ilahi terus berlanjut di sana.
Ishak hidup di bumi Palestina dan mendapat anak yang diberi nama Yakub
A.S “Israel” yang menurut anggapan Yahudi merupakan bapak mereka. Ishak dan Yakub merupakan menara-menara menuju hidaya setelah nabi Ibrahim A.S. Lihat penjelasan Al Qur’an dalam keterangan singkat dan peringatannya :
Artinya : “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishak dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami-lah mereka selalu menyembah.” (Al Anbiyaa : 72-73)

Nabi Yakub dilahirkan pada abad ke 18 S.M (kira-kira 1750 S.M) di
palestina namun ia berimigrasi yang kelihatannya ke wilayah Hurran “Ar Rahaa”.
Ia kawin di sana dan mendapat 11 anak yang di antaranya adalah Yusuf, tapi
anaknya yang ke 12, Benyamin dilahirkan di tanah Kanaan “Palestina”. Nabi
Yakub dan anak-anaknya kembali ke Palestina dan bermukin di Saar” dekat
Hebron (Al Kholil). Kisahnya dan kisah anaknya Yusuf yang terkenal terdapat di
dalam Al Qur’an secara terperinci. Kisah yang menceritakan konspirasi saudara-
saudara Yusuf atas dirinya dan menjatuhkannya ke dalam sumur. Lalu ia
ditemukan oleh kafilah dan menjualnya di Mesir. Di sana ia tumbuh menjadi
dewasa dan berdo’a kepada Allah. Ia tegar menghadapi fitnah wanita dan
bersabar di dalam penjara sehingga Allah memuliakannya untuk diletakkan di
dalam golongan orang-orang petinggi Mesir setelah keberhasilannya mentakwil
(interpretasikan) mimpi dan ketidakberdosaannya. Kemudian sesungguhnya
Yusuf mengundang bapak dan saudara-saudaranya untuk datang ke Mesir di
mana Allah kembalikan penglihatan Yakub setelah menderita kebutaan pada
kedua matanya karena berpisah dengan Yusuf. Sebagaimana ia juga memaafkan
kesalahan saudara-saudaranya. Sebagian riwayat mengatakan bahwa Yakub
hidup di Mesir selamat 17 tahun namun ia dikubur dekat kakek Ibrahim dan
bapaknya Ishak di Hebron.
Nampaknya periode kehidupan Yakub dan anak-anaknya di Mesir adalah
zaman berkuasanya Hoksys di sana (1774 S.M-1567 S.M); kekuasaan mereka
merupakan dua keluarga dari 15 dan 16 keluarga yang berkuasa di Mesir dan
mereka bukanlah orang pribumi. Kendati demikian kelihatannya bahwa Yusuf dan
saudara-saudaranya , anak-anak Yakub (Israel) menikmati kebebasan bekerja
dan ibadah di Mesir dan mereka berperan dalam dakwah kepada tauhid. Namun
hal ini tidak dapat berlanjut dan berubah pada generasi berikutnya. Bani Israel
terperangkap dalam siksaan Firaun hingga akhirnya Allah SWT mengutus Musa
A.S kepadanya untuk menyelamatkan kaum ini ke tanah Palestina.
Bani Israel setelah Musa A.S :
Bani Israel pada waktu itu adalah pengikut kebenaran dan pembawa bendera tauhid dan Firaun Mesir merupakan orang yang sombong dan congkak yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Ia melakukan kerusakan dan menyinksa Bani Israel dengan menyembelih anak-anak mereka dan tetap membiarkan anakanak wanita :
Artinya : “Sesungguhnya Fai’aun telah berbuat sewenang-wenagn di muka
bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas
segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orangorang yang berbuat kerusakan.” (Al Qasas : 4)
Nabi Musa dilahirkan dalam iklim seperti ini dan dididik dalam rumah Firaun dengan planning Allah (tadbiir rabbani) yang sangat sempurna. Dan kisah Musa, perkembangan masa kecilnya, dakwah beliau kepada Firaun dan keluarnya ia bersama Bani Israel serta kehancuran Fir’an merupakan kisah yang sudah sangat dikenal orang.
Sudah merupakan takdir Allah SWT untuk memberikan tanah Palestina di
waktu itu kepada kelompok yang beriman kepada-Nya :
Artinya : “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang
tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan
menjadikan mereka orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan
Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawartikan dari mereka itu.”
(Al Qasas : 5-6)
Nabi Musa telah diutus kepada Fir’aun dengan perintah ini dengan dibantu oleh saudaranya Harun yang juga diutus sebagai seorang rasul :
Artinya : “Dan Musa berkata : “Hai Fir’aun, sesungghnya aku ini adalah
seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, meka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku.” (Al A’raf : 104-105)
Namun Firaun enggan dan bersikap sombong serta tidak mempercayai ayat-ayat dan mukjizat yang dibawa Musa. Para tukang sihir yang dikumpulkan oleh Firaun percaya kepada dakwah yang dibawa oleh Musa dan ingkar kepada Firaun. Namun kelihatannya mereka yang telah memperlihatkan keimanan mereka dan bergabung dengan Bani Israel terbatas dari pemuda-pemuda dari Bani Israel. Iman mereka bercampur dengan rasa takut yang mendalam kepada Firaun dan menghantui mereka yang mungkin akan menyiksa.
Artinya : “Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, malinkan pemudapemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemukapemuka akumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (Yunus : 83)
Kemudian Musa A.S memimpin orang-orang yang beriman di antara kaumnya menuju arah timur, maka mereka dikejar oleh Firaun dan bala tentaranya. Dan terjadilah kisah pembelahan laut dan akhirnya Allah selamatkan Bani Israel dan Firaun serta tentaranya dibinasakan di tengah laut.
Artinya : “Lalu Kami wahyukan kepada Musa : “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah sepertia gunung yang besar. Dan di sanalah kami dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.” (Asy Syu’ara : 63-66)
Di sini kita berusaha untuk mencermati beberapa pendapat dan riwayat-
riwayat yang bersifat sejarah yang muncul. Bahwa jumlah mereka yang keluar
bersama Musa dari Mesir itu berkisar antara 6 ribu saja atau 15 ribu pada sebagai
riwayat lainnya. Dari perspektif sejarah, peristiwa ini kelihatannya terjadi pada abad
ketiga belas sebelum Masehi. Secara definitif bahwa hengkangnya bani Israel dari
Mesir diperkirakan pada sepertiga terakhir dari abad itu. Periode di mana waktu itu
Mesir dibawah kekuasaan “Ramses Dua” yang dikenal pada abad ini dengan sebut
“Ramses Kedua”. Dengan kekuatan Allah SWT, jasad Firaun ini dapat disaksikan di
salah satu museum Mesir. Dan ini yang mengingatkan kita akan firman Allah SWT :
Artinya : “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagti orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Yunus : 92)
Dan setelah Allah menyelamatkan Bani Israel, maka datanglah masa di mana
Musa dan Harun harus menderita hidup bersama dengan mereka. Muncullah
karakteristik-karakteristik mereka yang kurang baik yang timbul dari lemahnya
iman, bodoh dan rasa takut. Setelah mampu menyeberangi laut, mereka langsung
mendatangi masyarakat yang secara keseluruhan menyembah patung, mereka
berkata :
Artinya : “Bani Israil berkata : “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan
(berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” (Al A’raf :
138)
Kemudian ketika Musa pergi ke suatu tempat untuk bertemu Allah, kaumnya
berubah menyembah anak sapi (al ‘ijl) kendati Harun tetap berada di sisi mereka.!!!
Artinya : “Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Tur membuat
dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh bersuara.” (Al
A’raf : 148)
Artinya : “Maka mereka berkata : “Inilah Tuahmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (Thaha : 88)
Mereka hampir saja membunuh Harun ketika melarang kekafiran mereka ini dan ini yang dikatakannya kepada saudaranya Musa :
Artinya : “…sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampirhampir mereka membunuhku,” (Al A’raf : 150)

Dan banyak lagi sikap-sikap lain.
Kemudian Musa memimpin Bani Israel ke arah tanah suci dan berkata kepada mereka :
Artinya : “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah
ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada
musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (Al Maidah : 21)
Namun mereka tetap saja bersikeras untuk memilih kemurtadan dan
berpaling!!!
Artinya : “Mereka berkata : “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.” (Al Maidah : 22)
Nasehat sudah tidak bermanfaat, mereka tetap saja ingkar :
Artinya : “Mereka berkata : Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan
memasukinya selama-lamanya, selagi mereka da di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (Al Maidah : 24)
Sayed Qutub (Allah yarhamuhu) mengomentari sikap Bani israel ini dan berkata :
ﻪﻨﻣ ﻢﻬﻤﺼﻌﻳ ﻻ ﻢﺛ ﻦﻣو ؛ﺐﻳﺮﻗ ﻞﺛﺎﻣ ﺮﻄﺨﻟا نإ ﻞﻤﺠﺘﻟا ﻦﻣ ﻖﻴﻗر ﻮﻟو بﺎﺠﺣ ﻼﺑ ﺔﻓﻮﺸﻜﻣ ،ﺎﻬﺘﻘﻴﻘﻘﺣ ﻰﻠﻋ ﺎﻨه وﺪﺒﺘﻟ دﻮﻬﻳ ﺔﻠﺒﺟ نإ"
لﺰѧﻨﺘﻳ ﺎѧﺤﻳﺮﻣ اﺮѧﺼﻧ ﻦﻬﻴѧﻓ ﺪѧﻬﺟ ﻻو ،ﻪѧﻟ ﻦѧﻤﺛ ﻻ ،ﺎѧﺼﻴﺧر اﺮѧﺼﻧ ﻪﻧوﺪﻳﺮﻳ ﻢﻬﻓ ،ﻢﻬﻟ ﺎﻬﺒﺘآ ﺪﻗ ﷲا نأو ،ضرﻷا بﺎﺤﺻأ ﻢﻬﻧﺄﺑ ﻢﻬﻟ ﷲا ﺪﻋو ﻰﺘﺣ
ﺔѧﺣﺎﻗو ﻢѧﻬﻔﻠﻜﺗ ﻻ ﺰﺟﺎѧﻌﻟا ﺔѧﺣﺎﻗو ﻲѧﻓ اﺬѧﻜه ﻢﻬﻣﺎѧﻣأ ﺮѧﻄﺨﻟا ﻦѧﻣ نﻮѧﻋﺰﻔﻳو ،نﻮѧﺤﻗﻮﺘﻴﻓ ءﺎѧﻨﺒﺠﻟا جﺮﺨﻳ اﺬﻜهو"....."!ىﻮﻠﺴﻟاو ﻦﻤﻟا لﺰﻨﺗ ﻢﻬﻴﻠﻋ
"...نﺎﺴﻠﻟا ﺪﻣ ﻻإ نﺎﺴﻠﻟا
Artinya :
“Sesungguhnya tabiat ril orang Yahudi benar-benar termanifestasi di sini
tanpa indikasi bahkan sedikit upaya untuk menyembunyikannya. Mereka merasakan
bahwa bahaya memang dekat dan sekali mereka berkonfrontasi, maka tidak ada
yang akan memproteksi mereka. Bahkan janji Allah kepada mereka bahwa mereka
akan menjadi pemilik tanah dan Allah telah suratkan mereka untuk itu. Mereka
inginkan itu tanpa biaya, tanpa usaha dan kemenangan yang mudah diberikan
kepada mereka seperti Manna (hadiah yang mewah) dan salwaa (sejenis
burung)…Dan begitulah para orang-orang penakut yang sudah tidak punya rasa malu, dan mereka takut dari marabahaya yang ada di depan mereka. Dan inilah kondisi ketidakberdayaan orang yang lemah yang tidak dibebani oleh insolensi lidah kecuali dengan kesombongan….”
Mereka berkata dalam firman Allah : “…dan berperanglah kamu berdua,” (Al Maidah : 24)
Allah tidak akan diakui menjadi Tuhan mereka kalau memang ketuhanannya akan menyuruh mereka untuk berperang!…
Dan menyudahi perkataan mereka dengan : “Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (Al Maidah : 24)
Mereka tidak menghendaki kedaulatan, kebanggaan atau tanah yang
dijanjikan karena hal tersebut menuntut mereka untuk harus memerangi orang-
orang yang terlalu perkasa! Dan itulah perjalanan terakhir Musa A.S, akhir dan batas
upaya keras yang luar biasa untuk mengarungi perjalanan yang jauh dan humiliasi
yang berlanjut, malapetaka dan penyelewengan yang dilakukan oleh Bani Israel.”
Musa sangat menderita, ini yang mendorongnya untuk kembali kepada Tuhannya :
Artinya : “Berkata Musa : “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” (Al Maidah : 25)
Dan Allah kabulkan permintaan nabi-Nya :
Artinya : “Allah berfirman : “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun. (Selama itu) mereka akan berputar-putara kebingungan di bumi (padang Tih) itu. Maka janglah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” (Al Maidah : 26)
Kemudian Allah mendekritkan bahwa mereka harus ditinggalkan untuk
berkelana dalam kebingungan di tengah keganasan setelah mereka hampir berada di
depan pintu-pintu tanah suci. Dan kelihatannya Allah telah mengharamkan generasi
Bani Israel ini tidak diperbolehkan untuk melihat tanah sudi ini hingga generasi
berikutnya dengan kekuatan yang tumbuh pada mereka dari kerasnya kehidupan
padang pasir. Maka generasi ini “telah dirusak oleh kehinaan, perbudakan dan
persekusi saat hidup di Mesir yang tidak cocok untuk sebuah kehidupan yang mulia
ini.”
Musa A.S meninggal dunia sebelum dapat memasuki tanah yang suci dan di dalam hadist Rasulullah SAW yang muttafaq ‘alaihi yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah bahwa Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya nabi Musa ketika hendak menghembuskan nafas terakhirnya berkata :
" ﺮﺠ ﺤﺑ ﺔﻴﻣر ﺔﺳﺪﻘﻤﻟا ضرﻷا ﻦﻣ ﻲﻨﻧدأ بر"
“Ya Allah dekatkanlah aku kepada tanah suci hingga berjarak lemparan batu”.
Dan Rasulullah bersabda :
" ﺮﻤﺣﻷا ﺐﻴﺜآ ﺪﻨﻋ ﻖﻳﺮﻄﻟا ﺐﻨﺟ ﻰﻟإ ﻩﺮﺒﻗ نﺎﻜﻣ ﻢﻜﺘﻳرﻷ ﻩﺪﻨﻋ ﻲﻧأ ﻮﻟ ﷲاو "
“Demi Allah! Kalau saja saya dekatnya saya akan memperlihatkan kepadamu tempat makamnya di samping jalan dekat bukit yang berwarna merah”.

Bani Israel memasuki Tanah Palestina :

Setelah generasi baru tumbuh dan bertahun-tahun perkelanaan dalam
keganasan gurun pasir berakhir, bani Israel dipimpin oleh nabi mereka yaitu Joshua
bin Noon, A.S. Yahudi memanggil mereka dengan Yashou”. Dia menggantikan Musa
untuk memimpin mereka yang menyeberangi sungai Jordan bersama-sama pada
tahun 1190 S.M. Lalu mereka dapat menaklukkan musuh-musuh mereka dan
menduduki kota Jericho. Kemudian ia mengomando mereka untuk menginvasi A’ai,
dekat Ramallah dan berusaha untuk menaklukkan Jerussalam namun usaha ini
gagal karena jumlah Yahudi yang terlalu sedikit. Sehinggal hal ini tidak
memungkinkan mereka untuk menyebar, menduduki dan mengontrol seluruh
wilayah. Sesuatu yang kita ketahui tentang Joshua datang dari hadits Rasulullah
SAW (selawat dan salam kepada beliau) yang mengatakan bahwa di saat Joshua
berhadapan dengan musuhnya di medan pertempuran, peristiwa itu berlangsung
hingga terbenamnya matahari. Ia berdoa kepada Allah agar supaya matahari tidak
terbenam terlebih dahulu hingga peperangan itu usai dengan kemenangannya. Maka
Allah kabulkan doanya dengan menunda matahari terbenam hingga Joshua
memenangkan peperangan.
Kepemimpinan Yahudi setelah Joshua dipegang oleh para pemimpin yang dikenal dengan “para hakim” (judges). Periode mereka ini dikenal dengan “zaman para hakim” (the time of the judges) yang berlangsung lebih kurang 150 tahun. Kendati mereka berusaha keras untuk mereformasi kaum ini namun masa ini terus mengabadikan chaos, pemberontakan, malapetaka, perselisihan dan dekadensi moral serta agama secara umum pada generasi Bani Israel yang berlangsung lebih kurang 150 tahun. Ketika itu mereka berdiam di wilayah datang tinggi di sekitar kota Jerussalem (Al Quds) dan wilayah datar bagian selatan Palestina.
Di saat Bani Israel menyadari kondisi mereka yang kian memburuk, para
pemimpin di antara mereka meminta kepada salah satu nabi (yang dipanggil
Samuel) untuk menunjuk raja bagi mereka yang mungkin dapat memimpin untuk
berperang di jalan Allah. Namun, nabi mereka, yang telah mengenal watak mereka
:
Artinya : “(nabi mereka menjawab) : “Mungkin sekali jika kamu nanti
diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka (menjawab) : “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?”. Maka ketika perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka.” (Al Baqarah : 246)
Nabi mereka mengatakan bahwa Tuhan telah menunjuk bagi mereka Talut sebagai raja. Tapi mereka menentang karena mereka : “Padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya.” (Al Baqarah : 247)
Bahwasanya dia : “Sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?”. (Al Baqarah : 246)
Nabi mereka berkata bahwa Tuhan telah memilihnya di atas kapasitas
mereka dan diberi pengetahuan yang luas dan punya kekuatan fisik yang prima.
Talut, seorang pemimpin yang beriman kini memegang puncuk kepimpinan
bani Israel yang berlangsung pada tahun 1025 S.M. Narasi-narasi Israel
(Israiliyyaaat) menamakannya dengan “Shauel”. Allah menguji pengikut-
pengikutnya; mereka diperintahkan untuk tidak meminum air dari aliran tertentu.
Namun mereka gagal mematuhinya walau hanya dengan ujian yang sederhana itu :
“Kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.” (Al Baqarah : 249)
Jumlah sedikit yang lulus di dalam ujian pertama itu tidak dapat melalui tes
berikutnya dengan baik ketika mereka menyaksikan Jalut dan pasukannya. Lalu mereka berkata :
“Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” (Al Baqarah : 249)
Hanya sedikit sekali kelompok yang masih beriman dan berperang dengan
gigih sampai akhirnya Allah berikan mereka kemenangan, di manan nabi Daud A.S -
yang masih muda-- dapat membunuh Jalut dalam peperangan ini dengan ketapel batu (senjata perang kuno).
Sejarah Talut tidak begitu jelas. Namun, narasi Israeliyaat menyebutkan
bahwa sekitar tahun 1004 S.M, pasukan palestina mengalah Talut “ Shauel” di
peperangan “Galobou”. Mereka dapat membunuh tiga bani ini, yang memaksanya
untuk melakukan aksi bunuh diri, memotong kepalanya dan memaku badanya
sebagaimana itu juga dilakukan oleh anak-anaknya pada dinding kota Bashan.
Bab baru dalam sejarah Bani Israel telah terbuka di bawah pemerintahan
Daud A.S. Ia menggantikan Talut pada tahun 1004 S.M. Ajaran tauhid tersebat di
seluruh wilayah tanah suci. Nabi Daud dianggap sebagai pendiri yang ril bagi
kerajaan Bani Israel di palestina. Yahudi pada periode sebelum ini hanya dapat
menguasai sebagian kecil wilayah Palestina dan terbatas sekali. Zaman yang disebut
dengan “zaman para hakim” hanya berlalu dengan semaraknya peperangan sporadik
antara kabilah-kabilah kecil. Setiap kabilah hampir tidak pernah dapat
mempertahankan wilayah tanah yang telah diduduki. Nabi Daud A.S dilahirkan di
Bethlehem. Kekuasaannya berlangsung 40 tahun dari kira-kira tahun 1400 S.M sapai
963 S.M. Pada awal mulainya, ibukota pemerintahannya adalah “Hebron” (Al Khalil),
ia berdiam di sana selama 7 tahun. Jadi sekitar tahun 995 S.M ia menduduki
Jerussalam dan memindahkan ibukotanya di sana. Ia mengerahkan seluruh
balatentaranya untuk memerangi orang-orang yang tidak beriman in tanah suci ini
hingga ia mampu untuk menaklukkan mereka pada tahun 990 S.M. Ia mampu untuk
memaksa Damascus untuk membayar pajak tanah (land-taxes) dan menaklukkan
Muabis, Edomis dan bangsa Ammonites. Pada periode itu, para pengikut ajatan
tauhid untuk pertama kali dalam sejarah kala itu untuk mendominasi sebagian besar
wilayah Palestina. Tapi, yang paling mungkin, bahwa tapal batas kerajaan Daud
tidak terhubungkan dengan laut kecuali pada tempat dekat Yoya (Jaffa). Tapal batas
kerajaan Israel pada puncak keemasannya berjarak dengan panjangnya 120 mil dan
lebarnya 60 mil. Arealnya tidak lebih dari 1.200 mil persegi (square miles)---20 ribu
km2 yang kira-kira 7 ribu km2, kurang dari wilayah Palestina yang ada sekarang.
Bangsa Yahudi mengontrol wilayah dataran tinggi, namun mereka gagal untuk menguasai wilayah-wilayah datar (plains) khususnya sebagian besar daerah pesisir Palestina yang merupakan bagian yang belum pernah dikuasai oleh kerajaan mereka sepanjang riwayatnya sama sekali.
Kalau memang Yahudi kontemporer berbangga dengan Daud A.S dan
mengasumsikan diri mereka sebagai penggerek benderanya dan mewarisi
kebesarannya. Tetapi sesungguhnya umat Islam menganggap diri mereka lebih
berhak dengan Daud A.S dibanding dengan Bani Israel. Karena mereka
mengimaninya sebagai nabi dari nabi-nabi Allah, mencintai dan menghormatinya.
Mereka bangga dengannya karena ia telah berhasil mendirikan negara iman yang
berdiri di atas fondasi tauhid di Palestina. Dan mereka adalah orang-orang yang kini
berjalan di atas jalannya dengan membawa bendera tauhidnya setelah
mengundurkan diri, menjadi kafir, menyekutukan Allah SWT dan mengingkari janji-
janji mereka dengan Allah.
Kita ketahui dari Al Qur’an bahwa Allah SWT telah menganugerahkan kepada nabi Daud A.S suatu hikmah dan diturunkan kepadanya kitab suci Zabur. Ia juga diberikan kerajaan yang kuat. Bahwa gunung-gunung dan burung-burung bersamasamanya memuji dan berzikir kepada Allah ketika ia menyanyikannya dengan khusyu’ dan suaranya yang menyentuh : (S.XXXVIII :17-20)
Artinya : “…dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan;
sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan
gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan
(Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya
amat ta’at kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan
kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Saad : 17-20)
Firman Allah SWT : (S.XXXVIII ; 26)
Artinya : “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan jangnlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Saad : 26)
Allah telah berikan Daud mukjizat yang dapat melembutkan besi bagaikan lilin atau adonan yang dapat dibentuk sesuka hati tanpa harus dipanaskan di api. Walau ia diberikan kerajaan namun ia tetap saja kerja keras dan tidak memakan kecuali dari hasil jerih payahnya sendiri. Ia telah mengembangkan produksi persenjataan baju besi pada zamannya. Ketika baju besi ini telah jadi yang terbuat dari besi yang kuat, namun itu terlalu berat digerakkan oleh prajurit dan manuvernya terganggu. Kemudian Allah membimbing Daud untuk membuatnya dari rantai besi yang diikat satu sama lain. Itu tidak mengganggu manuver prajurit dan juga tidak memberi ruang panah untuk menembus.
Sebagaimana firman Allah : “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).” (Al Anbiyaa : 80)
Allah berfirman :
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari
Kami. (Kami berfirman) : “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ualgn bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu)
buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah
amalan yang saleh. Sesungguhynya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (Saba’ :
10-11)
Nabi Sulaiman A.s mewarisi bapaknya Daud dalam bidang ilmu, hikmah dan kenabian. Menurut riwayat-riwayat bahwa nabi Sulaiman tergolong dalam salah satu dari 19 anak Daud. Sulaiman dilahirkan di Jerussalem dan pemerintahannya di tanah yang berkah ini berlangsung sekitar 40 tahun (963-923 S.M).
Allah telah anugerahkan kepada Sulaiman kerajaan yang tidak pernah ada setelah itu. Allah telah jadikan bangsa jin tunduk berkhidmat kepadanya sebagaimana angin juga tunduk dibawah komandonya. Sulaiman terkenal dengan hikmah, keadilan, kekuatan dan kekuasaannya. Sebagaimana Allah telah ajarkan kepadanya bahasa bangsa burung dan binatang.
Tentu apa yang menjadi kelebihan nabi Sulaiman merupakan mukjizat rabbaniyyah yang dianugerahkan kepadanya sebagai bukti atas kenabiannya. Palestina telah dianugerahi dengan pemerintahan imani yang penuh dengan kemukjizatan yang didukung oleh balatentara jin, manusia, burung dan angin. Allah muliakan Sulaiman dengan mukjizat yang bisa mengalirkan tembaga yang dapat mengalir bagaikan mata air yang memercik dari bumi. Kerajaan ini telah menyaksikan dinamika pembangunan, kemajuan yang pesat sebagaimana kekuasaannya membentang sampai ke Sabaa di wilayah Yaman.
Kisah Sulaiman terdapat di dalam Al Qur’an dalam jumlah yang berkali-kali sebagai indikasi atas ilmu, kerajaan dan kenabiaannya. Firman Allah tentang nabi ini sebagai berikut :
Artinya : “Ia berkata : “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah
kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh juapun sesudahku, sesungguhnya
Engkau-lah Yang Maha Pemberi”. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang
berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami
tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam,
dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami; maka
berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertangungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunya kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (Saad : 35-40)
Allah berfirman :
Artinya : “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata : “Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan akmi diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.” Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (Al Naml : 16-17)
Allah SWT berfirman : (S.XXXIV : 12-13)
Artinya : “Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di
waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama
dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan
sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya)
dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah
Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu
berbuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi
dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang
tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur
(kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-ku yang berterima kasih.”
(Saba’ : 12-13)
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat
kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah
memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Anbiyaa :
81)
Dari hadits-hadits Rasulullah SAW dapat kita simpulkan bahwa nabi Sulaiman memiliki kekuatan fisik yang prima dan merupakan orang yang sangat menyenangi perang di jalan Allah serta beristeri banyak. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
نإ ﻞѧﻗ : ﻚѧﻠﻤﻟا ﻪﻟ لﺎﻘﻓ ،ﷲا ﻞﻴﺒﺳ ﻲﻓ ﺪهﺎﺠﻳ سرﺎﻔﺑ ﻲﺗﺄﺗ ﻦﻬﻠآ ،ةأﺮﻣا ﺔﺌﻤﺑ : ﺔﻳاور ﻲﻓو ،ﻦﻴﻌﺴﺗ ﻰﻠﻋ ﺔﻠﻴﻠﻟا ﻦﻓﻮﻃﻷ : نﺎﻤﻴﻠﺳ لﺎﻗ"
ﷲا ءﺎѧﺷ نإ : لﺎѧﻗ ﻮѧﻟ ﻩﺪѧﻴﺑ ﺪѧﻤﺤﻣ ﺲѧﻔﻧ يﺬѧﻟا ﻢѧﻳأو ،ﻞѧﺟر ﻖѧﺸﺑ تءﺎѧﺟ ةﺪѧﺣاو ةأﺮѧﻣا ﻼﻏ ﻢﻬﻨﻣ ﻞﻤﺤﺗ ﻢﻠﻓ ،ﻦﻬﻴﻠﻋ فﺎﻄﻓ ﻲﺴﻧو ﻞﻘﻳ ﻢﻠﻓ ،ﷲا ءﺎﺷ
"نﻮﻌﻤﺟأ ﺎﻧﺎﺳﺮﻓ ﷲا ﻞﻴﺒﺳ ﻲﻓ اوﺪهﺎﺠﻟ
“Sulaiman berkata : pada waktu malam saya mesti keliling (menggilir)
sembilan puluh isteri. Dan dalam riwayat : dengan seratus isteri. Masing-masing
mereka didatangi oleh penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah. Maka berkata
kepadanya salah satu malaikat : Katakanlah insya Allah, namun ia tidak
menyebutkannya dan lupa, ia berkeliling mendatangi isteri-isterinya. Maka tidak ada isterinya yang hamil kecuali satu saja dan itupun dengan susah payah. Dan demi yang berkuasa atas jiwa Muhammad kalau saja ia katakan : insya Allah niscaya mereka berjihad di jalan Allah dengan menunggang kuda semua.”
Kematian nabi Sulaiman merupakan tanda dari tanda-tanda Keagungan Allah SWT dan pelajaran bagi manusia dan jin bahwa bangsa jin itu tidaklah mengetahui sesuatu yang ghaib. Karena sesungguhnya nabi Sulaiman berdiri shalat dalam mihrab dalam posisi bersandar pada tongkatnya. Namun ia meninggal dalam keadaan seperti itu dalam waktu yang cukup lama sementara jin bekerja keras tanpa mengetahui kematiannya hingga akhirnya ulat-ulat kecil memakan tongkatnya. Akhirnya ia terjatuh ke tanah. Allah berfirman :
Artinya : “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kamatiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba’ : 14)Kerajaan Israel dan Judah :

Pemerintahan Daud dan Sulaiman berlangsung lebih kurang 80 tahun yang merupakan zaman keemasan pemerintahan yang berdiri di bawah payung tauhid dan iman atas Palestina sebelum kedatangan Islam.
Yahudi setelah Negara Sulaiman A.S :
Setelah kematian Sulaiman, kerajaannya terpecah menjadi dua bagian yang
berdiri dari dua negara yang terpisah yang kerap saling menyerang dari waktu ke
waktu. Masing-masing menderita kerusakan internal, kelemahan militer dan politik
serta pengaruh asing. Ketika Sulaiman meninggal dunia, representatif 12 kabilah
Bani Israel mengadakan pertemuan di Shechem (dekat Nablus) untuk mengangkat
Rehbe’am bin Sulaiman sebagai raja. Namun, menurut beberapa riwayat, bahwa
para utusan dari 10 kabilah bersepakat untuk tidak mengangkatnya karena ia tidak
menjanjikan mereka untuk menurunkan pembayaran pajak. Sebaliknya, mereka
memilih “Yarba’am” yang berasal dari kabilah Ephraim sebagai raja baru dan
menyebut kerajaan mereka dengan sebutan “Israel”. Mereka tetapkan Shechem
sebagai ibukota mereka (yang kemudian disebut dengan Tarzah dan Samaria).
Pengganti raja ini adalah Akhab yang berkuasa dari tahun 874 S.M sampai
852 S.M. Ia mengizinkan isterinya yang bernama “Isabel”, anak raja Sidon dan Ture,
untuk mengikuti ibadah penyembahan Tuhan orang Phoenis yaitu “Ba’al” yang
konsekuensinya memancing sebuah revolusi yang dikepalai oleh seorang aparat yang bernama “Yaho” yang berhasil menggulingkan “Akhab” dan dapat merestorasi peribadatan kepada “Yahweh”.
Pada periode “Yab’am kedua” dari tahun 785 S.M hinggal 745 S.M, ia
merupakan generasi ketiga dari keturunan Yaho, kerajaannya meluas ke arah utara
yang harus menggusur orang-orang Aramaian. Tapi situasi ini tidak berlangsung
lama karena munculnya raja Assyria “Tajilat Blissr ketiga” (745 S.M-727 S.M)
berhasil untuk mengakhiri ekspansi kerajaan tersebut. Penggantinya adalah
“Shillmanasar kelima” dan setelah itu adalah “Sarjon kedua” dapat memberikan
pelajaran kepada Joshua, yang merupakan raja terakhir dari Bani Israel. Mereka
berhasil menghancurkan kerajaannya pada tahun 721 S.M. Kemudian bangsa
Arssyrian ini berhasil memindah Bani Israel ke wilayah Haran, Khabour, Kurdistan dan Persia serta menempatkan orang-orang Aramaian sebagai pengganti Bani Israel yang sudah hengkang. Kelihatannya orang-orang Israel yang terusir sudah bercampur baur dengan penduduk jiran di pengungsian secara sempurna sehingga tidak ada jejak kesepuluh kabilah Israel tersebut yang dapat diselusuri.
Menurut sumber Israeliyyaat, (yang harus dipertimbangkan secara hati-hati
dan teliti karena kita tidak memiliki apa yang mementahkan dan membuktikan
kebanyakan dari apa yang dimuat) pada pemerintahan Yarba’aam bin Sulaiman
(923-916 S.M) telah tersebar ibadah berhala, kerusakan moralitas bangsa dan
semaraknya sodomi. Ketika ia digantikan oleh anaknya yang bernama Abyam, (915-
913 S.M) kondisi moralitas bangsa masih rusak. Di waktu “Yhoram bin Yahoshfat
berkuasa (849-842 S.M) ia telah membunuh enam saudaranya bersama dengan
kelompok dari para pemimpin suatu kaum. Adapun Youhaz bin Yatam (735-715 S.M)
disebutkan bahwa hatinya sangat terpikat dengan kecintaan pada berhala-berhala.
Bahkan ia mengorbankan anak-anaknya di pelataran penyembelihan yang
dipersembahkan kepada berhala dan membiarkan dirinya terkekang dan menjadi
budaknya hawa nafsu dan kenakalan. Mansi bin Hazqiya, yang memerintah dari
tahun 687-642 S.M, telah menggiring masyarakatnya untuk berpaling dari
menyembah Tuhan dan mendirikan tempat-tempat ibadah berhala buat mereka.
Hal demikian bukanlah sesuatu yang aneh bagi Bani Israel. Maka itu yang
menjadi moralitas mereka ketika bersama Musa A.S. dan ini yang turut bersaksi.
Sebagaimana Al quran mensinyalir bahwa mereka telah merubah, mengganti dan
menyelewengkan firman Allah serta membunuh para nabi. Sebagaimana firman Allah
:
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak dingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” (Al Maidah : 70)
Sejarah berbicara bahwa mereka telah membunuh nabi Haziqual karena ia melarang seorang dari hakim dari perbuatan mungkar. Raja Mansi bin Hazqiya membunuh nabi Ashiya bin Amous. Ia memerintahkan untuk menggantungnya di atas dahan pohon karena nabi tersebut telah menasehati dan memberikannya wejangan. Yahudi juga membunuh nabi Armiya dengan cara melemparinya dengan batu karena ia mengutuk mereka yang telah berbuat kemungkaran.
Kerajaan Judah kelihatannya sudah terserang oleh faktor-faktor kelemahan, sebagaimana ia juga terjerumus ke dalam pengaruh asing sejak lama. Ini yang menyebabkannya terus diserang dan mengalami kekalahan berulang kali sehingga membuat para musuh dengan mudah dapat memasuki Jeerussalam. Sheshaq, salah satu Firaun Mesir, memasuki Jerussalem dan mengambil kekuasaan atasnya pada masa akhir abad ke 10 S.M.
Bangsa Palestina dan Arab juga menyerang Jerusalem pada periode pemerintahan Yahoram (849 S.M-842 S.M). Mereka dapat masuk dan menduduki istana Yahoram serta menangkap anak-anak dan isteri-isterinya. Adapun raja Hazqiya (715-685 S.M) ia harus dengan terpaksa mendeklarasikan penyerahan diri kepada raja Assyrian, Sarjon Kedua, setelah berhasil mengalahkan kerajaan Israel. Mansi bin Hazqiya juga harus membayaar pajak kepada Assyrhadon dan Assyrbanybal, yang merupakan dua raja Assyria. Orang-orang Assyaria mengikat raja ini dengan rantai yang terbuat dari tembaga dan mengirimnya ke Babiloni. Kemudai dia kembali ke Jerusalem dan meninggal di sana.
Pada masa pemerintahan Yoshyia bin Amon (640 S.M-609 S.M), Nackhaw
Mesir hanya berkuasa tiga bulan. Yoshyia menangkapnya dan mengirimkan kembali
ke Mesir dan meninggal di sana. Ia digantikan oleh Yahoyaqim bin Yashia (609 S.M-
548 S.M). Penguasa ini telah mengeksploitasi raksi dengan berbagai pajak untuk
dibayarkan kepada petingginya di Mesir dan kembali menyembah berhala. Pada
masa kekuasaan Yahoyaqim, Buchadnezzr Babylonia berhasil mengalahkan Nackhaw
Mesir, di selatan Syria pada tahun 605 S.M dan terus merayap hinggal akhirnya
dapat memasuki Jerusalem. Di sana ia dapat menaklukkan Yahoyaqim,
mempermalukannya dan memaksakan negaranya untuk menyerah di bawah
kekuasaannya. Dan ketika Yahoyaqim memberotak melawan Buchadnezzar,
pendatang dari Babylonia ini terus memasuki Jerusalem bersama balatentaranya dan
berhasil mengikat Yahoyaqim dengan rantai dari tembaga hingga akhirnya
meninggal dunia.
Ketika Yahoyaqim berkuasa dari tahun 598 S.M-597 S.M, Nebuchadnezzer,
atau Buchadnezzar, mengepung Jerusalem. menangkap raja dan keluarganya,
pemimpin Yahudi dan sekitar 10 ribu dari populasinya, yang lebih dikenal dengan
tahanan pertama. Mereka juga menjarah beberapa harta karun yang berada di candi
dan mengirimnya ke Babilon. Maka dari itu, Nebuchanezzar menunjuk Sodkiya bin
Yoshyia (597 S.M-586 S.M) yang diambil sumpah setia kepadanya. Namun Sodkiya,
saat menjelang hari-hari akhir rezimnya, memberontak melawan orang-orang
Baylonia yang kembali maju terus memasuki Jerusalem dan mengepungnya hinggal
18 bulan sampai akhirnya mereeka menyerahkan diri. Nebuchanezzar
membumihanguskan Jerusalem. Ia ratakan tempat-tempat ibadah yang ada,
menjarah kekayaan dan harta karun, menangkap sekitar 40 ribu Yahudi dan
mengirim mereka ke Babylonia yang dikenal dengan sebutan tahanan Bobylonia
kedua. Orang Yahudi yang tersisa akhirnya berimigrasi ke Mesir, termasuk nabi Arimyah. Kerajaan Judah jatuh pada tahun 586 S.M.
Kitab Talmud mencatat bahwa kejaatuhan dan kehancuran negara Yahudi tidak mungkin terjadi kecuali dikarenakan oleh dosa-dosa Bani Israel yang telah mencapai puncaknya. Akhirnya dosa-dosa itu terlalu membebani Tuhan yang maha Agung. Ketika mereka menolak untuk mendengarkan nasehat Arimyah dan peringatannya, serta setelah penghancuran canti, nabi Arimyah berceramah di depan Nebuchadnezzar dan Chaldea. Ia berkata :
“Hendaknya kamu tidak hanya berpikir bahwa hanya dengan kekuatanmu saja kamu dapat mengalahkan orang-orang pilihan Allah ini; tapi sesungguhnya itu karena dosa-dosa mereka yang sangat memalukan ini yang menggiring mereka terjerumus dalam azab”.
Kitab Taurat mensinyalir bahwa dosa-dosa Bani Israel yang menyebabkan
keruntuhan kerajaan mereka dengan lisan salah seorang nabi mereka Shiya sebagai
berikut :
“Woe to the sinful people, the people of heavy sins, the progeny of evil-doers, the depraved children who abandoned God and despised the holy Israel, who had retreated and fallen back” .
Artinya :
“Celakalah bagi umat yang bersalah, bangsa yang melakukan dosa besar, keturunan para pelaku kejahatan, bani perusak yang meninggalkan Tuhan dan meremehkan kesucian Israel, adalah orang-orang yang telah mundur ke belakang dan murtad”. (Kitab Ashiya bab1)
Penguasa Alternatif atas Palestina, Parsi, Yunani dan Romawi :
Paska keruntuhan kerajaan Israel di Palestina, bangsa Yahudi hidup dalam
periode/masa yang disebut dengan “Hegemoni Babylonia” yang berkedudukan di
Irak. Ini merupakan periode di mana mereka sudah memulai penulisan kitab
Tauraat, atau masa yang tidak kurang dari 700 tahun setelah kehadiran Musa A.S.
Tulisan ini belum selesai kecuali para akhir abad ke 2 S.M (setelah lebih kurang 400
tahun)
. Pada saat itu bangsaa Yahudi telah menjauhi komitmen mereka kepada agama dan mentaklid negara-negara tempat berdomisili mereka masing-masing dengan menyembah berhala-berhala.
Kesempatan untuk kembali ke Palestina muncul kembali setelah keberhasilan
kaisar Parsi, Qorash Kedua, menaklukkan negara Chaldania Babylonia pada tahun
539 S.M. Pada masa ini bangsa Yahudi turut andil dalam penaklukan negara ini.
Kaisar dapat mengalahkan Media dan telus memperluas pengaruhnya hingga
keseluruh wilayah palestina, yang pada gilirannya masuk dalam dominasi Parsi
((539-332 S.M) Dengan kemenangan ini Qorash mengizinkan bangsa Yahudi untuk
kembali ke tanah Paletina sebagaimana mereka juga diperbolehkan untuk
merekonstruksi sinagog (al haikal) di kota Jerusalem. Namun kesempatan ini tidak
dimanfaatkan oleh kebanyakan Yahudi untuk kembali. Hal ini karena kebanyakan
orang Parsi sangat mengagumi tanah yang baru mereka taklukan ini, dan hanya
sedikit para kaum ekstrimis yang menolak untuk berasimilasi dengan penduduk lain.
Sesuatu yang yang dapat melindungi Yahudi dari kebinasaan.
Seorang sejarahwan mengatakan bahwa jumlah mereka yang kembali adalah
42 ribu, jumlah yang minoritas bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang
sebenarnya. Mereka ini yang kembali membangun tempat ibadah, dan bangunan
tersebut rampung pada tahun 515 S.M. Di wilayah Jerusalem, Yahudi menikmati
semacam otonomi di bawah dominasi Parsi. Namun otonomi ini tidak lebih dari
wilayah yang hanya beradius lebih kurang 20 km dari semua arah. Pada tahun 332
S.M, Penguasa Makedonia Alexander dapat menduduki Palestina dalam kampanyenya untuk menduduki Syria Raya, Mesir, Iraq, Iran dan sebagian wilayah India. Alexander tetap melindungi bangsa Yahudi. Sejak masa itu, palestina memasuki era yang disebut dengan Era Helenistik Yunani yang berakhir hinggal tahun 63 S.M.
Setelah kematian Alesxander, pecah konflik di antara para pemimpin-
pemimpin yang menyebabkan pembagian kerajaan. Palestina dan sisa Syria yang
berdelta, dari selatan Lattakia, Lebanon dan sebagian Syria seperti Damascus, Mesir
dan Borqa (Libya) dan sebagian dari pulau-pulau di laut Aegean jatuh ke tangan
penguasa Ptolemy. Kekuasaan dan kekuasaan orang setelah dia disebut dengan era
Ptolemaik. Kekuasaan ini berlangsung di Palestina dari tahun 302 S.M hinggal 198
S.M. Ptlolemaik merasa simpati kepada bangsa Yahudi, di mana seluruh urusan mereka diambil oleh para “Pendeta Besar”. Kemudian datang setelah itu orang-orang Seleucids di mana bagian kekuasaan mereka setelah kematian Alexander meliputi wilayah Syiria Utara, Asia Minor, Rafidain (wilayah Tigris dan Eufrat) serta dataran tinggi Iran. Mereka dapat mendominasi Palestina setelah berhasil menang dalam pertempuran Banion di mana raja Seleucid yaitu Antiokhis Ketiga dapat meraih kemenangan yang gemilang atas orang-orang Ptolemaik. Dominasi orang-orang Seleucid atas Palestina ini berakhir hingga tahun 63 S.M.
Orang-orang Seleusid berusaha untuk dapat mempengaruhi kehidupan orang
Yahudi dengan Helenisme Yunani. Maka, Antiokhis Keempat mencoba untuk
menjauhkan Yahudi dari ajaran agama mereka. Pada tahun 167 S.M, ia mengirim
salah seorang pemimpin kepada Yahudi dan menugasinya untuk melenyapkan ajaran
ritual dan menggantikan Tuhan mereka Yahya, dengan Tuhan Olimpik yaitu Zeus. Ia
menunjuk salah seorang pendeta Yunani yang menyembah berhala di Jeusalem.
Pendeta ini mengharamkan pelaksanaan khitan, kepemilikan buku suci dan
menghalalkan bagi mereka untuk mengkonsumsi daging babi. Merespon perintah-
perintah ini, orang-orang Yahudi terpecah dalam dua golongan : sebagian, berpaling
dari ajaran mereka karena puas atau terpaksa, mereka disebut dengan Hellenistik
atau Yunanis. Mereka bermukim di Jerusalem dan di daerah-daerah Yunani.
Kelompok kedua, adalah orang-orang yang menentang hal ini yang harus hengkang
dari Jerusalem. Namun jumlah mereka hanya sedikit. Kelompok ini disebut dengan
kelompok orang-orang suci (the party of the saints).
Secara umum, orang-orang Yunani telah mempengaruhi kehidupan Yahudi. Bahasa Aramaik menggantikan bahasa Ibrani. Dan bahasa Yunani menjadi bahasa yang dipergunakan di sekolah-sekolah. Dari orang-orang Yahudi muncul kelompok yang mendukung Yunani dan berupaya keras untuk dapat mencapai kekuasaan di bawah kepmimpinan pendeta besar yang bernama Jayson.
Yahudi yang meniggalkan Jerusalam, “kelompok orang-orang suci”, telah
mempercayakan kepemimpinan mereka kepada Mattathyas (Mattayeeh), ketua
keluarga Ashmonia, yang meninggal dunia dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Maka ia disuksesikan oleh anaknya yang bernama Judah, yang juda dipanggil
Maccabee, yang bermakna palu. Ia memberontak terhadap orang-orang Sleucid dan
mengalahkan mereka lebih dari sekali (166 S.M- 165 S.M).Orang Yahudi banyak
bergabung dengannya. Ini yang membuat Antiokhis Keempat harus memberhentikan
opresi yang ia lakukan terhadap Yahudi. Orang-orang Maccabees kembali ke
Jerusalem pada tanggal 25 Januari 164 S.M. Yahudi terus merayakan kemenangan
ini hinggal sekarang yang disebut dengan “Pesta Cahaya” (Hanukah).
Setelah itu otonomi dapat direalisir di Jerusalem, namun hal ini meluas atau
menyempit dan bertambah kemerdekaannya atau melemah sesuai dengan
perkembangan konflik kekuatan besar yang berlangsung di Palestina (antara
Romawi-Ptolemaik-Seleusid). Rezim kekuasaan menjelma menjadi warisan bagi
keturunan Judah, Maccabee. Orang-orang Maccabee berkuasa sebagai “Pendeta
Kepala” dan mereka sebut mereka seperti raja-raja, namun mereka tetap merupakan subordinat dan tetap membayar pajak tanah kepada orang-orang
Seleucid. Pada tahun 143 S.M, Kaisar Dimetirus Kedua telah membebaskan orang-
orang Yahudi dari kewajiban untuk membayar berbagai pajak dan menjuluki
penguasa dengan Simon. Di kalangan Yahudi sepakat untuk mengkonsiderasinya
sebagai seorang raja. Maka dari itu, rezim kerajaan telah berdiri dan orang-orang
Seleucid mengakuinya dan memberikan Simon hak untuk menggunakan uang koin
secara legal.
Pada era raja Yahudi Alexander Janous (103 S.M - 67 S.M), rezimnya terus
meluas hingga mencakup wilayah Trans-Jorda, yang disebut oleh orang Yahudi
dengan sebutan “Iberia” dan pesisir. Perbatasan kerajaannya hampir berhubungan
dengan perbatasan kerajaan Sulaiman. Setelah kematiannya, kekuasaan jatuh ke
tangan isterinya, Salom Alexandra, yang berkuasa hingga tahun 67 S.M. Kemudian,
kedua anaknya berperang satu sama lain untuk memperebutkan kekuasaan, dan
bangsa Arab Nabatean ikut campur dengan memberikan bantuan kepada Hercules
Kedua melawan adiknya yang bernama Aristopolous. Pada tahun 63 S.M, pemimpin
Romawi yang berkenal yaitu Pompeii, dapat menghancurkan negara kecil Yahudi dan
menunjuk Heirkanous Kedua sebagai kepada para pendeta. Ia berhasil
membumihanguskan dinding-dinding yang berada di kota Jerusalem, memindahkan
sebagian yang lainnya dari tangan orang-orang Yahudi dan membiarkan dinasti
Maccabee untuk dapat survive di bawah dominasi orang-orang Romawi.
Pada periode 47 S.M-40 S.M, koloni ini jatuh ke tangan penguasa Edam yang
bernama Ante Peter. Pada tahun 40 S.M, orang-orang Parsi menyerang Palestina dan
menunjuk Ante Johanous yang merupakan saudara dari Hercanous Kedua, sebagai
penguasa dan kepala para pendeta. Rezim Ante Johanous berlangsung hingga tiga
tahun. Ia merupakan orang terakhir dari dinasti Maccabee. Pada tahun 37 S.M,
orang-orang Roman dapat menaklukan Parsi dan merestorasi kekuasaannya yang
hilang atas Palestina dan menunjuk Herod, anak Ante Peter, sebagai penguasa.
Herod berubah menjadi penganut Judah dan mencoba untuk berkonsiliasi dengan
orang-orang Yahudi namun ia akhirnya sangat jengkel dengan mereka. Ia secara
umum adalah orang yang tiran yang punya loyalitas tinggi kepada Romawi. Ia
merenovasi candi dan melipatgandakan luas arealnya, meninggikan bangunan langit-
langitnya dan memperindahnya menjadi sebuah bangunan yang punya arsitektur
dan perfeksi yang tinggi sekali.
Rezim Herod berlanggung hingga tahun 4 S.M, yang di mana dua nabi hidup
pada masa ini yaitu nabi Zakariya A.S dan anaknya Yahya A.S. Isterinya binti Imran
A.S juga hidup para periode ini. Pada akhir hayatnya, nabi Isa A.S dilahirkan.
Zakariya adalah seorang tukang kayu. Ia adalah orang yang menanggung kehidupan Maryam binti Imran, dan diberikan anak -setelah usianya lanjut dan Maryam adalah seorang yang mandul—yang diberi nama Yahya. Masing-masing Zakaria dan Yahya punya andil yang besar dalam mendakwahi Bani Israel agar kembali kepada hidayah dan kebenaran.
Telah datang berita gembira kepada Yahya bahwa ia akan menjadi:
“yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan,
menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” (Ali Imran : 39)
Untuk memimpin masyarakatnya dan menggungguli mereka serta mengekak dirinya dari hawa nafsu sebagai wujud dari menjaga kehormatan (iffatan), bentuk zuhud dan menjadi seorang nabi. Ketika Yahya dilahirkan dan umur telah baligh untuk diperintah oleh Allah dengan firman-Nya :
Artinya : “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-
sungguh.” (Maryam : 12)
Artinya ambil apa yang ada di dalam kitab Allah dengan sungguh-sungguh
dan semangat. Dan Dia akan berikan kepadanya hikmah dan kekuatan akal dari

22







semenjak masa kecilnya. Sebagaimana firman Allah : “Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,” (Maryam : 12)
Yahya menjalankan tugas dakwahnya dan beramar ma’ruf nahi munkar. Ia
dikenal dalam literatur masehi dengan sebutan “John Baptis”. Baptis dinisbatkan
kepada apa yang disebut bahwa ia membaptis manusia (memandikan mereka
dengan air) untuk mensucikan mereka dari kesalahan-kesalahan. Yahya diberitahu akan kedatangan nabi Isa A.S.
Nabi Yahya harus mengorbankan hidupnya untuk mempertahankan sikap
solidnya melawan kehendak Herod untuk kawin dengan kemenakan Yahya dari anak
adik lakinya (ada yang mengatakan bahwa ia adalah anak dari adik perempuannya).
Ia adalah seorang perempuan cantik yang bernama Herodya. Herodya dan ibunya
menjadi sangat benci kepada Yahya karena menghalangi pernikahan Herodya
dengan Herod. Dan akhirnya ia berzina dengan Herod serta berdansa didepannya
sehingga ia dapat menguasai seluruh perasaan sang raja ini. Maka Herod meminta
kepadanya untuk dapat berangan-angan hingga akhirnya angan-angan itu berbuah
pada keinginan akan memiliki kepala Yahya!! Hal itu dikabulkan Herod dan
dibunuhlah Yahya. Kemudian kepalanya dihadiahkan kepada pelacur ini!!
Sebagaimana firman Allah : “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan
pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.” (Maryam : 15)
Ketiranan Herod tidak cukup berhenti sampai di sini, namun ia juga membunuh Zakaria A.S dengan menggergajinya!! Karena ia membela anaknya Yahya dan juga menentang perkawinan karena halangan keturunan.
Adapun Maryam—kepala wanita-wanita sedunia—dilahirkan sebelum Yahya
A.S. Ibunya telah menazarkannya di saat ia masih di dalam kandungan di dalam jalan Allah : (S.III.37)
Artinya : “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya.” (Ali Imran : 37)
Allah tunjuk Maryam : (S.III.42)
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata : “Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu
atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (Ali Imran : 42)
Allah SWT telah takdirkan agar mukjizat besar ini dapat berlangsung yaitu
dengan melahirkannya Maryam seorang anak yang bernama Isa tanpa bapak. Dan
hal ini terlangsung dengan kalimat dari Allah “kun! (jadilah)”
Mari kita berhenti sejenak untuk membaca teks Al Qur’an ini yang penuh
dengan kemukjizatan sekitar kisah nabi Isa A.S dan misinya : (S.III : 45-49)
Artinya : “(Ingatlah) ketika Malaikat berkata : “Hai Maryam, sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan
dengan kalimat yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.” Maryam
berkata : “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.” Allah berfirman (dengan perantaraan
Jibril) : “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya :
“Jadilah”, lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah,
Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada
mereka) : “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu
tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah
berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung
dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya

23
dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin
Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu
simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Ali Imran
: 45-49)
Nabi Isa dilahirkan sekitar tahun 4 S.M di Betlehem. Menurut riwayat bahwa Maryam minggat bersama Isa dengan Yusuf “seorang tukang kayu” ke Mesir yang takut akan nasib anaknya dari ketiranan Herod dan ketidakadilannya. Kemudian tidak berselang lama ia kembali ke kota Nazareth di mana, Isa menghabikan masa kecilnya dan tumbuh di sana. Setelah itu ia lebih dikenal dengan nama “Yesus Krist” dan para pengikutnya disebut dengan orang-orang Kristen.
Nabi Isa bin Maryam adalah sutu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi manusia. Ia mendeklarasikan dirinya dan berbicara di depan khalayak ramai
ketika ia masih bayi di dalam buayan. Ia meyakinkan manusia bahwa ia adalah
seorang utusan Allah. Dan ia beri mereka kabar gembira bahwa ia diutus sebagai
seorang nabi kepada kaumnya. Dengan firman Allah yang artinya : “Berkata Isa :
“Sesungguhnya aku ini hamba allah, Dai memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dai memberintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;” (Maryam : 30-31)
Di Palestina, Isa A.S menjalankan tugas sucinya dakwah kepada Allah dan memeras energi yang besar untuk menggiring bangsa Yahudi kepada hidayah ilahi, dan memberi mereka kabar gembira akan kedatangan nabi terakhir bernama Muhammad SAW :
Artinya : “(yaitu kitab Taurat) yang memberi kabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad).” (As Saff : 6)
Kendati mukjizat-mukjizat yang dianugerahkan Allah kepadanya dan apa yang dikandung oleh misi sucinya dari kebenaran dan cahaya namun Bani Israel menolak dan tetap mengingkari serta memposisikannya sebagai musuh. Hanya sedikit sekali yang meyakininya.
Menurut narasi historis bahwa nabi Isa pergi ke Jerusalem dan mengunjungi sinagog (tempat ibadah) kira-kira pada tahun 30 Masehi di saat berlangsungnya perayaan Easter. Ia menolak keberadaan sistem penukaran uang dan para pedagang di sekitar tempat ibadah.
Menurut bab Mateus dalam kitab Injil (21 : 112-13), “…dan Isa pergi ke
candi Tuhan, dan mengeluarkan semua orang yang semula berjualan dan berbelanja di dalam candi. Dan ia membalikkan meja-meja para pedagang uang dan kursi-kursi mereka yang menjual buang dara. Dan berkata kepada mereka, dan ini tertulis, rumah saya harus di sebut sebagai rumah sembahyang; namun kalian semua telah menjadikannya sebagai sarang para maling’.
Orang Yahudi dan orang-orang terpandang sangat membenci Isa A.S.
Menurut bab dalam kitab Matteus (19 : 47), “….dan ia mengajar setiap hari di dalam
candi ini. Tapi kepala para pendeta dan penulis serta tokoh masyarakat berusaha
untuk menghancurkannya”. Dewan Agama Yahudi (Synhadrin) segera mengadakan
pertemuan dan menentukan untuk menangkap Isa A.S. Mereka memutuskan untuk menghukumnya dengan hukuman maati dengan tuduhan menjelekkan agama (balsphemy) dan dianggap telah murtad.
Kemudian mereka menggiringnya untuk menghadap gubernur Romawi pada
waktu itu, Pontious Pilate, satu-satunya yang berhak untuk mengeksekusi. Namun
Pilate tidak menemukan kesalahan apapun dari Isa yang mengharuskannya untuk
mendapat hukuman mati. Dan Yahudi tetap saja bersuara bulat meneriakkan : “salidia! Salib dia! darahnya harus untuk kita dan anak cucu kita!”. Akhirnya dengan tekanan Yahudi yang terus tak terbendung, Pilate menghukumnya hingga mati. Namun Allah SWT memberinya pertolongan dan mengangkatnya untuk menghadapNya ketika mereka menduga bahwa mereka telah membunuhnya.
Artinya : “…padahal merena tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
Mereka tidak mempunyai keyakinan teentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula yakin bahwa yang mereka bunuh
itu adalah Isa, tetap (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Dan adalah Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An Nisaa : 157-158)
Kendati demikian, lembaran sejarah konflik antara kebenaran dan kepalsuan
atas tanah suci ini telah didistorsi. Bani Israel telah melakukan kebohongan kepada
Nabi terkhir mereka dan menuduhnya dengan sihir dan akhirnya mereka
berkonspirasi atasnya. Orang-orang pengikut nabi Isa yang disebut dengan sebutan
“al hawariyyun” telah mengimani Isa A.S dan menyebarkan dakwahnya setelah
kematiannya, namun mereka selalu saja menemukan rintangan dan siksaan yang
tidak ringan. Mereka tetap meneruskan mendakwahi orang Yahudi dan menceramahi
mereka di rumah ibadah. Ketika jumlah orang-orang nasrani kian hari kian berlipat
ganda dan setelah sekian tahun Yahudi menghawatirkan tersebarnya dakwah ini.
Mereka menuntur penangkapan Peter dan yang lainnya untuk dipersidangkan di
depan Dewan Syanhadrin. Tapi majlis ini merasa cukup untuk mencambung mereka
dan membebaskan mereka kembali. Para pengikut yang baru akhirnya harus
melarikan diri ke daerah Samaria, Kaisareh dan Antakiyah. Di sana mereka dapat
bertemu dengan kelompok nasrani lainnya. Peter juga harus hengkang ke Roma di
mana dia mendirikan kelompok nasrani di sana. Dia memfokuskan dakwah untuk
mengajak Yahudi kembali ke ajaran yang benar. Adapun Paul, dia berdakwah kepada
orang-orang yang menyembah berhala sebagaimana ia juga berdakwah kepada
Yahudi dan mengartikulasi terminologi-terminologi dan pemahaman-pemahaman
filosofis untuk menginterpretasi ajaran nasrani yang sesuai dengan standar
peradaban Helenistik yang lestari saat itu.
Paul Peter harus mengakhiri hidupnya dengan eksekusi mati para era Kaisar
Romawi yang bernama Nero pada tahun 64 Masehi. Tapi risalah yang diproklamirkan
oleh Isa A.S dalam tempo yang tidak terlalu lama harus mengalami distorsi dan Injil
yang diwahyukan kepadanya telah berubah. Para pengikutnya setelah kepergiaannya
telah dipengaruhi oleh peradaban Helenistik dan rezim Romawi. Dan dakwah mereka
telah bercampur dengan banyak tradisi, ritual dan ajaran-ajaran yang tersebar di
negara-negara di mana dakwah tersebut diajarkan. Itu menjadi mudah bagi
masyarakat untuk memeluknya. Ajaran nasrani tidaklah mengakar dalam
masyarakat hingga Kaisar Constantine, mengimaninya pada tahun 325 Masehi.
Setelah itu, ajaran nasrani menjadi agama resmi di seluruh kekaisaran Romawi. Constantine melindungi Palestina dan mendirikan gereja suci Sepulchre, yang menjadi salah satu gereja terpenting kristen. Ia juga mendirikan gereja Ascensian di gunung Zaitun (Mount of Olives) dan gereja Nativity di Bethlehem. Bangsa Palestina pada masa itu memeluk ajaran kristen hingga kemenangan orang Islam harus merambah sampai ke Palestina.

Eksistensi Terakhir Yahudi di Palestina :
Sekali lagi untuk melihat kondisi Bani Israel di wilayah Palestina setelah
turunnya nabi Isa A.S. Romawi telah mulai memerintah Jerusalem dan wilayah
Palestina lainnya secara langsung yaitu sejak 6 Masehi. Pada periode mereka

25 memecat Archilles, yang menggantikan orang tuahnya, Herod karena telah
menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya. Peristiwa Isa al Masih A.S
berlangsung yaitu pada masa gubernur Pontious Pilate (26-36 S.M)s. Pada bulan
November 66 Masehi, pada periode Kaisar Nero, orang-orang Yahudi memberontak
terhadap kekuasaan Romawi, tapi komandan militer Romawi Tetas dapat menumpas
revolusi ini -yang berlangsung empat tahun—pada bulan September 70 Mesehi.
Maka ia dapat memasuki kota Jerusalem setelah pengepungan yang ketat,
pembunuhan, penjarahan dan pembakaran kemudian menghancurkan sinagog yang
dibangun oleh Herod sehingga tidak tersisa satu batupun dari bangunan rumah
ibadah tersebut. Kota Jerusalem menjelma menjadi kota mati, rata dengan tanah.
Banayak dari para tawanan yang diperjualbelikan sebagai budak secara murah di
pasar-pasar Kekaisaran Romawi. Para bangsa Yahudi berharap agar dapat dibeli oleh
orang yang dapat memperlakukannya secara manusiawi dan tidak mengirimnya ke
ring wrestling yang ganas yang merupakan tradisi orang Romawi untuk menikmati
pemandangan orang buas yang memangsa yang lain!!! Pemimpin ini juga
membangun tugu kemenangan di kota Roma sebagai simbol keberhasilannya untuk
menundukkan orang-orang Yahudi yang masih berdiri hingga sekarang. Di atasnya di
ukir catatan untuk mengenang kemenangan tersebut dan terlihat di sana tongkat
yang terbuat dari lilin yang memiliki tujuh kepala yang sangat terkenal sebagai milik
orang Yahudi. Benda ini juga diambil dari sinagog di atas.
Kembali orang-orang Yahudi memberontak terhadap Romawi di bawah
kepemimpinan Bracokhapa yang asli namanya adalah Simon. Revolusi mereka ini
berakhir bertahun-tahun dari tahun 132-135 Masehi. Ia berhasil mengumpulkan
Yahudi dalam jumlah yang cukup besar. Ia berusaha untuk dapat menduduki
Jerusalem tapi Kaisar Romawi Hadrian mengirim balatentara dalam jumlah yang
sangat besar di bawah kepemimpinan Julius Cephrius yang dapat mengalahkan
Yahudi dan kembali menduduki Jerusalem. Yahudi akhirnya hengkang ke daerah
Battier, di mana puing-puing benteng pertahanan tempat berlindungnya orang-orang
Yahudi masih tersisa di sana. Orang Arab menyebutnya dengan “Kherbit Yahudi”.
Hadrian mengambil keputusan untuk membunuh para pemberontak secara kejam,
membumihanguskan “Hierosolyma” dan mencangkuli lokasinya, membunuh serta
menangkapi bangsa ini dalam jumlah yang besar. Tidak hanya sampai di situ, Yahudi juga dilarang masuk, hidup bahkan datang untuk mendekati kota Jerusalem. Ia memperbolehkan orang Kristen untuk hidup di sana namun mereka harus tidak berketurunan Yahudi. Di atas puing-puing kota Jerusalem, Hadian membangun kota baru yang dinamakan dengan Elia Capitolina yang kemudian lebih dikenal sebagai Elia, yang merupakan awalan nama Hadrian Pertama. Dan tepat di atas rumah ibadah yang sudah diratakan dengan tanah itu dibangun tempat ibadah berhala sebagai persembahan untuk Jupiter.
Larangan bagi Yahudi untuk memasuki kota Jerusalem terus berlanjut hingga 200 tahun kemudian. Mereka jarang sekali datang dan hidup di wilayah ini kecuali pada abad ke 19 M.
Mereka tersebar ke belbagai belahan dunia, dan tidak punya koneksi apapun dengan Palestina kecuali nostalgia yang kebanyakannya hanya berupa potret kekufuran, kefasikan, ketidakadilan dan pembunuhan para nabi. Maka ganjaran itu semua adalah murka Allah atas mereka dan laknat-Nya, sehingga mereka diharamkan dari mendiami tanah suci ini dan menyebabkan diaspora mereka di belbagai belahan bumi.

Konklusi :
1. Sesungguhnya mayoritas penduduk Palestina datang dari Jazirah
Arab dan mereka tepat sebagai penduduk wilayah ini hingga sekarang.

26 Sesungguhnya Allah telah menjanjikan Bani Israil tanah suci ketika
mereeka berjalan di atas perintah-Nya dan di bawah bimbingan para nabi. Maka ketika mereka merubah sikap, menolak dan tidak mempercayai Allah, lenyaplah hak tersebut dari tangan mereka.
3. Sesungguhnya umat Islam adalah orang yang lebih berhak untuk
mewarisi peninggalan para nabi Bani Israel. Dakwah Islam yang dilakukan
oleh umat merupakan kelanjutan dakwah yang dilakukan oleh para nabi terdahulu. Kebenaran yang didedikasikan oleh mereka adalah kebenaran yang sama yang juga diakui oleh umat Islam untuk dilanjutkan.
4. Sesungguhnya dominasi Bani Israel dahulu—kapanpun itu—tidak
pernah mencakup seluruh wilayah Palestina yang dikenal sebagai batas-
batasnya dewasa ini. Masa dominasi mereka dengan independensi yang utuh sangatlah singkat dibandingkan dengan sejarah Palestina. Walaupun ketika mereka pernah memiliki dua kerajaan yang kerap sekali berstatus subordinat kekuatan besar lain.
5. Otonomi Yahudi yang mereka nikmati setelah keberhasilan
menaklukan Babylonia sangat lemah dan terbatas pada wilayah Jerusalem dan sekitarnya. Setelah itu, pada zaman Maccabee mereka menikmati kemerdekaan terbatas.
6. Paska diaspora mereka di belbagai belahan bumi disebabkan oleh
pekerjaan mereka yang jahat. Relasi mereka dengan Palestina terputus
tanpa interupsi untuk masa 1.900 tahun. Akhirnya, H.G.Wells berkata dalam
bukunya , “Brief History of the Children of Israel’s Experience in Palestine
after the Babylonian Captivity” (Sejarah Singkat Pengalaman Bani Israel di
Palestina setelah Penangkapan Babylonia), bahwa “ the life of Hebrews (in
Palestine) was resembling the life of a man who insisted to settle in the
middle of a crowded highway, so buses and trucks were continuously running
over him…and from the start to the end, their (Kingdom) was just an
emergency event in the history of Egypt, Syria, Assyria and Phoenici, the
history which was much greater than their history.” (Kehidupan orang-orang
Ibrani (di Palestina) adalah menyerupai kehidupan seseorang yang tetap
bersikeras untuk mendiami jalan raya yang sangat padat, jadi bus-bus dan
truk-truk secara terus-menerus menggilasnya…dan dari permulaan hingga
akhir, (kerajaan) mereka adalah tidak lebih dari hanya peristiwa yang
sifatnya hanya darurat baik itu di dalam sejarah Mesir, Syria, Assyria dan
Phoenisi. Sejarah bangsa-bangsa ini adalah sejarah yang lebih besar dari
sejarah mereka).
Gustav Lobon adalah seorang sejarahwan kenamaan yang berbicara tentang
Bani Israel saat mereka menduduki Palestina yang mengatakan bahwa : “They did
not borrow from the superior nations except for the meanest of those civilizations,
i.e., they did not borrow anything but infamies, harmful customs, debauchery and
superstitions. They offered oblations to all Asian Gods. They offered more oblations
to Ashtaourt, B’al and Mouloukh than to the God of their own tribe, the frowning and
spiteful Yahwa, in whom they had but every little trust.” (Mereka tidak meminjam
(belajar) dari bangsa-bangsa superior tersebut kecuali untuk yang paling hina dari
peradaban mereka, contohnya, mereka tidak belajar kecuali hal-hal yang jelek dari
tradisi-tradisi yang membahayakan, kebiasaan prostitusi dan superstisi (keyakinan
pada hal-hal yang mistik). Mereka mendekatkan diri kepada seluruh Tuhan-tuhan
Asia seperti kepada Ashtaourt, B’al dan Mouloukh namun tidak kepada Tuhan kabilah
mereka sendiri, Yahwe yang cemberut dan pendengki. Mereka tidak
mempercayainya sama sekali).
Dia juga mengatakan bahwa “The Jews lived almost always in massive
anarchy. Their history was just a story of abominations…The history of the Jews from

27 the aspect of civilization was null…(They did not deserve to be considered among the civilized nations in any shape whatsoever”. (Yahudi hidup hampir selalu dalam anarki massif. Sejarah mereka hanya berupa sebuah kisah kemungkarankemungkaran….Sejarah Yahudi dari aspek peradaban adalah nol…(Mereka tidak berhak untuk dikonsiderasi sebagai bagian dari bangsa-bangsa yang beradab dalam bentuk apapun juga).
Ia juga mengatakan bahwa, “The Children of Israel remained, even under the reign of their kings, shedding and always embarked rashly in brutal fighting. “ (Bani Israel tetap, walau berada di bawah singgasana raja-raja mereka, baduwi (primitif) dan selalu terlibat dalam pertempuran yang brutal).
Serta ia juga mengatakan : “The psychological temper of the Jews always
remained very close to the most primitive nations. The Jews were stubborn, were
dupes and simpletons, were rude like beasts and acted like babies…You could not
find a nation like the Jews who lacked the sense of artists.” (Temperamen psykologis
Yahudi selalu lebih mendekati temperamen bangsa-bangsa yang paling primitif.
Yahudi keras kepala, emosional, lalai dan beringas serta beraksi seperti anak
kecil….Anda tidak akan mendapatkan satu bangsa seperti Yahudi ini yang minus jiwa
seninya).
Read More

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com